TEMPO.CO, Jakarta - Taiwan telah memulai produksi rudal jelajah darat baru untuk menghadapi kemungkinan mendapat serangan dari Cina. Tetapi kekuatan negara pulau itu jauh di bawah Cina.
Media Taiwan pada 4 Agustus 2019 melaporkan bahwa Institut Sains dan Teknologi Nasional Chung-Shan memastikan produksi massal rudal jelajah Yun Feng.
Rudal serangan darat supersonik ini telah dikembangkan sejak 1990-an. Rudal memiliki daya jelajah sampai 1.900 km, menurut Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington, D.C.
Jangkauan itu dapat memungkinkan Taiwan mengancam banyak pangkalan udara, pelabuhan, dan fasilitas lainnya di Cina, yang bisa digunakan untuk menginvasi Taiwan.
Laman Armyrecognition, Agustus 2019, menyebutkan Taipei dilaporkan sedang membangun 20 rudal Yun Feng serta 10 peluncur berbasis truk.
Baca Juga:
Taiwan juga sedang mengembangkan rudal jelajah peluncur udara baru - dan kabarnya telah berupaya untuk merekayasa-ulang mesin J85 buatan AS yang tampaknya untuk menyalakan amunisi.
Menurut sebuah laporan media lokal, Angkatan uUdara Taiwan dan Akademi Ilmu Pengetahuan Cina berkolaborasi dalam rekayasa ulang mesin General Electric J85, di antaranya dengan menambah kekuatan sekitar dua lusin pesawat tempur F-5 Taiwan.
Angkatan udara Taiwan mengoperasikan lebih dari 300 F-5 sebelum mengganti sebagian besar dari mereka dengan F-16 buatan Amerika, Mirage 2000s dan F-CK buatan lokal, sehingga banjak mesin J85 yang menganggur.
J85 adalah motor serbaguna. Ringkas dengan panjang hanya 1,2 meter, yang biasanya digunakan F-5s, jet pelatihan T-38, pesawat serang A-37 dan jenis lainnya.
Menurut media lokal, Akademi Ilmu Pengetahuan Cina juga mengembangkan rudal jelajah dengan jangkauan 1200 km.
Taiwan saat ini mempunyai ratusan rudal balistik yang diluncurkan di darat dengan jangkauan cukup untuk menyerang daratan Cina. Angkatan Udara Taiwan telah memodifikasi 127 pesawat tempur F-CK untuk mengangkut jenis rudal jelajah lain, Wan Chien, dengan jelajah 241 km.
Taiwan juga telah menerima dua Mk. 41 peluncur rudal vertikal dari Amerika Serikat, Up Media melaporkan pada Januari 2019. Taipei telah memperoleh lisensi secara lokal untuk memproduksi peluncur tambahan. Institut Sains dan Teknologi Chung-Shan sedang memodifikasi rudal permukaan-ke-udara Hai Kung agar sesuai dengan peluncur.
Laman Nationalinterest, 2 Dsember 2019, menyebutkan, Pemerintah Taiwan berencana untuk mengintegrasikan VLS dan Hai Kung 3 dengan sistem tempur angkatan laut baru Taiwan Hsun Lien, yang mirip dengan sistem Aegis Angkatan Laut AS sendiri. Mk. 41 dapat meluncurkan rudal anti-udara, anti-kapal dan serangan darat.
Armada Taiwan memiliki setidaknya 14 kapal perang yang sesuai dengan Mk. 41. Empat kapal perusak kelas Kee Lung adalah eks-kapal perusak kelas Kidd Angkatan Laut AS. Pada 1990-an Amerika memasang VLS ke kapal perusak kelas Spruance yang kira-kira mirip dengan Kidd.
Angkatan Laut Taiwan juga mengoperasikan 10 frigat kelas Cheng Kung yang identik dengan frigat kelas Perry AS. Perry tidak pernah memiliki VLS saat dalam layanan AS, tetapi angkatan laut Australia memodifikasi tiga kapal kelas Perry dengan Mk. 41.
Jika pengalaman Amerika dan Australia merupakan indikasi, kapal perusak Taiwan masing-masing dapat memuat 61 sel peluncuran. Fregat masing-masing bisa muat delapan.
Tetapi semua rudal baru ini tidak banyak memperbaiki ketidakseimbangan militer lintas selat.
Dalam beberapa dekade, ekonomi Cina telah tumbuh hingga ukuran 20 kali ukuran ekonomi Taiwan. Semua kekayaan baru itu telah memicu modernisasi militer yang cepat. Cina dilaporkan telah mengarahkan lebih dari 1.000 rudal serangan darat ke wilayah Taiwan.
NATIONAL INTEREST | CSIS | ARMY RECOGNITION