Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Begini Proses Penemuan Prasasti Watu Lawang di Kabupaten Semarang

image-gnews
Penemuan Prasasti Watu Lawang di Dusun Pulihan, Desa Tajuk, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Doc. TACB
Penemuan Prasasti Watu Lawang di Dusun Pulihan, Desa Tajuk, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Doc. TACB
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Semarang, Tri Subekso, menceritakan penemuan Prasasti Watu Lawang di Dusun Pulihan, Desa Tajuk, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Tri bersama beberapa warga setempat melakukan survei ke lokasi penemuan prasasti.

“Pada hari Kamis, 28 November 2019, kami melakukan survei lapangan. Lokasi situs masih tertutup oleh semak belukar. Setelah dilakukan perekaman data temuan permukaan, kami mulai membersihkan lokasi situs dan keberadaan batu prasasti mulai menampakkan wujudnya,” ujar Tri kepada Tempo, Selasa malam, 3 Desember 2019.

Tri melakukan survei bersama dengan Pamong Budaya Disdikbudpora Kabupaten Semarang Setio Widodo, penemu inskripsi pada batu prasasti Warin Darsono, Sekretaris Desa Tajuk Sri Rahayuningsih dan perangkat desa Ngusman.

Batu prasasti itu berukuran panjang 176 cm, lebar 97 cm, dan tebal 31 cm, dan nampak tulisan Jawa Kuno yang memuat angka tahun, terbaca 1343. Dugaannya  merupakan angka tahun saka. Selain prasasti angka tahun, ada juga batu berukuran panjang 140 cm, lebar 73 cm, dan tebal 34 yang nampaknya merekam guratan tangan manusia.

“Survei pertama ini ditujukan untuk melakukan perekaman data arkeologi melalui pencatatan ukuran temuan dan titik koordinat situs,” kata Tri.

Kemudian surveri kedua dilakukan pada Sabtu, 30 November 2019, yang dilakukan Tri, Warin dan filolog atau peneliti naskah Merapi-Merbabu dari Sraddha Institute Rendra Agusta. Pembacaan ulang inskripsi oleh Rendra menunjukkan kecenderungan angka 1353. “Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa prasasti ini berasal dari abad ke-15 atau masuk dalam periode akhir Hindu-Buddha,” tutur Tri.

Menurut Tri, temuan itu sangat menarik karena mampu menghidupkan imajinasi akan kehidupan para ajar yang tinggal menyepi di lereng gunung pada masa akhir Majapahit. Dilihat dari letaknya yang berada di jurang kecil dengan aliran sungai di bawahnya, kemungkinan situs di sisi utara Gunung Merbabu ini merupakan tempat pertapaan pada masa lampau.

Dugaan kuat, situs ini menjadi salah satu dari beberapa lokasi skriptorium di lereng Merbabu yang menjadi tempat dihasilkannya artefak budaya berupa ratusan manuskrip lontar dengan aksara anehnya. Jika disandingkan dengan keberadaan naskah Merapi-Merbabu yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Jakarta dan Eropa, prasasti ini akan memberikan gambaran yang lebih utuh tentang akhir masa Jawa Kuno, tentang gerakan literasi keagamaan dan kehidupan pertapaan pada masa itu.

“Keberadaan prasasti ini tidak berdiri sendiri, tapi menjadi bagian dari lingkungan pertapaan pada masa itu. Di antara sekian prasasti lainnya yang pernah ditemukan di daerah Getasan ini, Prasasti Watu Lawang ini merupakan prasasti tertua yang pernah ditemukan,” ujar Tri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Prasasti lainnya adalah Prasasti Samirono 1370 Saka, Prasasti Ngadoman 1371 Saka (Museum Leiden Belanda), Prasasti Ngrawan 1372 Saka, Prasasti Tajuk 1369 Saka (laporan arkeologi pernah menyebut prasasti ini dengan angka tahun 1269 saka, tapi sekarang setelah dibaca ulang lebih cenderung menunjukkan angka 1369).

Ada juga laporan dari Verbeek dan N.J. Krom tentang batu bergambar yang memuat angka tahun 1360 dan 1363 Saka. Yang terakhir dibawa ke Museum Batavia pada tahun 1889 Masehi. Kedua prasasti yang pernah dicatat ahli purbakala Belanda ini belum diketahui keberadaannya.

“Naskah Bujangga Manik abad ke-15 mengidentifikasikan Merbabu yang memiliki nama kuno Damalung ini sebagai mandala penting pada masa Jawa Kuno,” tutur Tri.

Menurut hasil penelitian Ninie Susanti dari Departemen Arkeologi Universitas Indonesia dan Agung Kriswanto dari Perpusnas, kawasan Merbabu merupakan pusat keagamaan. Ditandai adanya skriptoria yang menghasilkan karya sastra dalam jumlah yang sangat banyak dengan ciri khas terletak pada aksara, bahasa, penanda dan aliran keagamaannya.

"Jika kita membagi Merbabu menjadi 8 penjuru mata angin,  dan menghubungkannya dengan identifikasi pada kolofon dalam naskah Merapi-Merbabu yang memiliki rentang waktu penulisan akhir masa Majapahit hingga abad ke-17 M, maka kita dapat menjumpai lokasi penulisan pada sisi-sisi tersebut," kata Tri.

“Kecuali sisi selatan yang tidak disebut, kemungkinan besar karena kondisi alamnya yang berupa jurang sehingga tidak bisa dijadikan sebagai permukiman untuk menulis naskah,” kata Tri.

Prasasti Watu Lawang sampai saat ini masih berada di lokasi ditemukannya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

28 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Piramida Purba di Gunung Padang, Begini Suara Kontra Arkeolog Asing

30 hari lalu

Lanskap situs megalitik Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat. Facebook/Danny Hilman Natawidjaja
Piramida Purba di Gunung Padang, Begini Suara Kontra Arkeolog Asing

Arkeolog asal Singapura ini lega publikasi laporan penelitian situs Gunung Padang ditarik penerbit jurnal. Sebut kental pseudoarchaeological.


Publikasi Gunung Padang Piramida Tertua di Dunia Dicabut, Penelitinya: Saya Nyaman-nyaman Saja

31 hari lalu

Menhir situs megalitik Gunung Padang yang sudah terlilit akar di Desa Karyamukti, Cianjur, Jawa Barat, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Publikasi Gunung Padang Piramida Tertua di Dunia Dicabut, Penelitinya: Saya Nyaman-nyaman Saja

Dia mengaku nyaman-nyaman saja saat pertama mendengar kepastian laporan penelitian situs Gunung Padang dicabut publikasinya dari jurnal ilmiah.


Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

34 hari lalu

Situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur. TEMPO/DEDEN ABDUL AZIZ
Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

Tim peneliti Gunung Padang sedang berkoordinasi apakah akan menempuh mekanisme pengaduan ke komite etik yang mewadahi jurnal internasional.


Kebakaran Istana Pagaruyung 17 Tahun Lalu, Ini Keistimewaan Istana di Kota Batusangkar Sumbar

56 hari lalu

Istana Pagaruyung. wikimedia
Kebakaran Istana Pagaruyung 17 Tahun Lalu, Ini Keistimewaan Istana di Kota Batusangkar Sumbar

Istana Pagaruyung pernah alami kebakaran pada 17 tahun lalu. Berikut sejarah dan keistimewaan istana di Kota Batusangkar, Sumbar.


Mengenal Kampung Majapahit Mojokerto, Ini Daya Tariknya

23 Januari 2024

Seorang warga duduk di pelataran rumah bergaya arsitektur Majapahit di Desa Bejijong, Kawasan Cagar Budaya Nasional Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, 10 Maret 2016. Kampung Majapahit merupakan proyek Pemprov Jatim dengan Pemerintah Kabupaten Mojokerto. ANTARA/Ismar Patrizki
Mengenal Kampung Majapahit Mojokerto, Ini Daya Tariknya

Berikut daya tarik Kampung Majapahit, Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Apa saja?


6 Drakor Tentang Sendok Emas, Benda Ajaib dalam Kebudayaan Korea

17 Januari 2024

The Golden Spoon. Dok. Disney+ Hotstar.
6 Drakor Tentang Sendok Emas, Benda Ajaib dalam Kebudayaan Korea

Dalam drakor ini, sendok emas tak hanya menjadi objek materi, namun juga mengubah hidup para karakter utama, menjadi lebih penting.


Ilmuwan Temukan Tiga Lapis Peradaban Tanah Situs Kumitir Mojokerto

15 Januari 2024

Ekskavasi Situs Kumitir di Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto yang berlangsung pada 4 Agustus - 9 September 2020. Kredit: Tempo/Kukuh S. Wibowo
Ilmuwan Temukan Tiga Lapis Peradaban Tanah Situs Kumitir Mojokerto

Penelitian geo akeologi menemukan lapisan usia tanah era Medang, Singasari dan Majapahit di Situs Kumitir.


Saat Mahasiswa Arkeologi Terlibat Penelitian Jejak Sejarah Kolonial di Pulau Onrust

17 November 2023

Dua arkeolog meneliti arsitektur benteng pertahanan di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu Selatan dengan cara ekskavasi atau penggalian pada Kamis (16/11/2023). Diketahui ekskavasi juga pernah dilakukan pada 1995. ANTARA/HO-Kominfotik Kepulauan Seribu
Saat Mahasiswa Arkeologi Terlibat Penelitian Jejak Sejarah Kolonial di Pulau Onrust

Pulau Onrust adalah salah satu pulau bersejarah di kawasan Gugusan Kepulauan Seribu dan ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya.


Arkeolog Israel Turun Tangan untuk Menemukan Sisa Korban Serangan Hamas

8 November 2023

Hanukkiyah, tempat lilin yang digunakan selama hari raya Yahudi Hanukkah, berdiri di sisa-sisa ambang jendela yang terbakar, menyusul infiltrasi mematikan oleh orang-orang bersenjata Hamas dari Jalur Gaza, di Kibbutz Be'eri di Israel selatan, 17 Oktober 2023. REUTERS/ Ronen Zvulun
Arkeolog Israel Turun Tangan untuk Menemukan Sisa Korban Serangan Hamas

Di sebuah lokasi, tim arkeologi Israel sedang memilah-milah abu dan puing-puing, berharap menemukan sisa-sisa manusia dan dapat mengidentifikasinya.