Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mahasiswa Pecahkan Misteri Fisika yang Bingungkan Ahli 100 Tahun

image-gnews
John Kolinski dan Wassim Dhaouadi. Credit: EPFL
John Kolinski dan Wassim Dhaouadi. Credit: EPFL
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -  Mahasiswa Politeknik Lausanne (EPFL) di Swiss, Wassim Dhaouadi dan pembimbingnya John M. Kolinski berhasil memecahkan misteri fisika yang membingungkan para ilmuwan selama 100 tahun. Dia menemukan mengapa gelembung-gelembung gas dalam cairan di pipa vertikal yang sempit tetap tersangkut dan tidak naik ke atas.

“Saya senang mendapat proyek penelitian di awal kurikulum saya. Ini adalah cara berpikir dan belajar yang baru, sangat berbeda dari rangkaian Pekerjaan Rumah di mana Anda tahu ada solusinya, meskipun sulit ditemukan. Awalnya, kami tidak tahu apakah akan ada solusi untuk masalah ini," ujar Dhaouadi, dikutip Scitech Daily, Selasa, 3 Desember 2019.

Menurut penelitian dan pengamatannya, sebuah lapisan atau selaput ultra-tipis berbentuk cair di sekitar gelembung, mencegah balon udara itu naik secara bebas. Dan dia menemukan bahwa, kenyataannya, gelembung-gelembung itu tidak macet sama sekali, meski hanya bergerak sangat lambat.

Gelembung udara dalam segelas air melayang bebas ke permukaan, dan mekanisme di baliknya mudah dijelaskan oleh hukum dasar fisika. Namun, hukum sains yang sama tidak dapat menjelaskan mengapa gelembung udara dalam tabung berdiameter  beberapa milimeter tidak naik dengan cara yang sama.

Fisikawan pertama kali mengamati fenomena ini hampir seabad lalu, tapi tidak dapat memberikan penjelasan. Dalam teori, gelembung-gelembung itu seharusnya tidak menemui perlawanan apa pun kecuali fluida bergerak, dengan demikian gelembung yang macet tidak akan menemui hambatan.

"Dhaouadi pada dasarnya berpartisipasi karena minatnya dalam penelitian, dan akhirnya menerbitkan kertas dari karyanya yang memecahkan teka-teki berabad-abad," kata Kolinski. "Dhaouadi membuat penemuan luar biasa di lab kami. Kami senang dia bekerja bersama kami."

Kembali pada 1960-an, seorang ilmuwan bernama Bretherton mengembangkan formula berdasarkan bentuk gelembung untuk menjelaskan fenomena ini. Peneliti lain sejak itu mendalilkan bahwa gelembung tidak naik karena lapisan tipis cairan yang terbentuk antara gelembung dan dinding tabung.

Namun teori-teori ini tidak dapat sepenuhnya menjelaskan mengapa gelembung tidak naik ke atas. Dhaouadi tidak hanya bisa melihat lapisan tipis cairan, tapi juga mengukur dan menggambarkan sifat-sifatnya, sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Temuannya menunjukkan bahwa gelembung-gelembung itu tidak macet, seperti yang dipikirkan para ilmuwan sebelumnya, tapi sebenarnya bergerak ke atas dengan sangat lambat. Penelitian Dhaouadi, diterbitkan baru-baru ini dalam Physical Review Fluids, menandai pertama kalinya bahwa bukti eksperimental diberikan untuk menguji teori sebelumnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dhaouadi dan Kolinski menggunakan metode gangguan optik untuk mengukur lapisan, yang mereka temukan hanya beberapa lusin nanometer (1x10-9 meter) tebalnya. Metode ini melibatkan mengarahkan cahaya ke gelembung udara di dalam tabung sempit dan menganalisis intensitas cahaya yang dipantulkan.

Menggunakan gangguan cahaya yang dipantulkan dari dinding bagian dalam tabung dan permukaan gelembung, mereka secara tepat mengukur ketebalan selaput.

Dhaouadi juga menemukan bahwa film berubah bentuk jika panas diterapkan ke gelembung dan kembali ke bentuk aslinya setelah panas dihilangkan. "Penemuan ini menyangkal teori-teori terbaru bahwa selaput akan mengalir ke ketebalan nol," kata Kolinski.

Pengukuran ini juga menunjukkan bahwa gelembung sebenarnya bergerak, meskipun terlalu lambat untuk dilihat oleh mata manusia. "Karena lapisan selaput antara gelembung dan tabung sangat tipis, itu menciptakan resistensi kuat untuk mengalir, secara drastis memperlambat kenaikan gelembung," kata Kolinski.

Temuan ini berkaitan dengan penelitian mendasar, tapi dapat digunakan untuk mempelajari mekanika fluida pada skala nanometrik, terutama untuk sistem biologi.

SCITECH DAILY | PHYSICAL REVIEW FLUID


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

1 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

Jurnal terindeks Scopus menjadi salah satu tujuan para peneliti di Indonesia untuk mempublikasikan artikel ilmiah atau penelitiannya, bagaimana cara menulis artikel ilmiah yang terindeks scopus?


Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

9 hari lalu

Associate Professor Henry Surendra sebelumnya membahas kesenjangan pandemi dan kematian akibat Covid-19 di Indonesia/Monash University
Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

World Health Summit akan pertama kali digelar di Monash University. Ada beberapa tema yang akan dibahas oleh peneliti, salah satunya, demam berdarah


Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

15 hari lalu

Penampakan gerhana bulan sebagian atau Parsial di langit Jakarta, Minggu, 29 Oktober 2023. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) peristiwa gerhana bulan parsial terjadi saat posisi Bulan, Matahari dan Bumi sejajar membuat sebagian piringan bulan masuk ke umbra (bayangan gelap) Bumi sehingga saat puncak gerhana terjadi Bulan akan terlihat gelap sedikit kemerahan di bagian yang terkena umbra Bumi. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S.
Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

Sistem yang disebut dengan kode astronomi TYC 2505-672-1 memecahkan rekor alam semesta untuk gerhana matahari terlama.


Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

23 hari lalu

Publikasi hasil penelitian situs Gunung Padang Cianjur yang dicabut dari jurnal ilmiah Wiley Online Library. Istimewa
Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

Seperti situs Gunung Padang, ada banyak laporan penelitian yang pernah dicabut dari jurnal ilmiah internasional. Cek asal negaranya yang terbanyak.


Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal

24 hari lalu

Menhir situs megalitik Gunung Padang yang sudah terlilit akar di Desa Karyamukti, Cianjur, Jawa Barat, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal

Pencabutan artikel Gunung Padang pada 18 Maret 2024 didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

24 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Kronologi Pencabutan Artikel Arkeologi Situs Gunung Padang, Gerhana Bulan, Gempa Bawean

27 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Kronologi Pencabutan Artikel Arkeologi Situs Gunung Padang, Gerhana Bulan, Gempa Bawean

Topik tentang kronologi pencabutan artikel arkeologi situs Gunung Padang dari Jurnal Wiley menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Penanggalan Karbon dan Kontroversi Situs Gunung Padang

29 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Penanggalan Karbon dan Kontroversi Situs Gunung Padang

Penerbit menyebut laporan penelitian situs Gunung Padang yang dibuat Danny Hilman dkk mengandung kekeliruan besar, terkait penanggalan karbon.


Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

33 hari lalu

Ilustrasi kesepian. Shutterstock
Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.


Indonesia Dilaporkan Ekspor 1.400 Monyet Hasil Tangkapan Liar ke Amerika pada 2023

39 hari lalu

Monyet ekor panjang (macaca Fascicularis) berinteraksi di Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur, Minggu, 18 Februari 2024. Berdasarkan Internasional Union for Conservation Nature (IUCN) Monyet ekor panjang mengalami perubahan status dari rentan (vunerable) menjadi terancam punah (endangered) yang diprediksi populasinya akan menurun hingga 40 persen dalam tiga generasi terakhir atau sekitar 42 tahun akibat habitat yang mulai hilang serta perdagangan ilegal. ANTARA/Budi Candra Setya
Indonesia Dilaporkan Ekspor 1.400 Monyet Hasil Tangkapan Liar ke Amerika pada 2023

1.402 monyet ekor panjang yang ditangkap dari alam liar di Indonesia diimpor oleh industri penelitian dan pengujian AS selama tahun 2023.