Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Arkeolog Papua Temukan Bukti Hunian Prasejarah di Danau Sentani

image-gnews
Kapak perunggu produksi Dongson, wilayah bagian timur Vietnam ditemukan di kawasan Danau Sentani, Jayapura, Papua. Kredit: Balai Arkeologi Papua
Kapak perunggu produksi Dongson, wilayah bagian timur Vietnam ditemukan di kawasan Danau Sentani, Jayapura, Papua. Kredit: Balai Arkeologi Papua
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Arkeolog dari Balai Arkeologi Papua Hari Suroto melakukan penelitian untuk mengungkap jejak hunian awal prasejarah di kawasan Danau Sentani bagian barat. Hari dan timnya menemukan beberapa bukti untuk mendukung adanya aktivitas menarik di kawasan tersebut.

“Jadi pada masa prasejarah, manusia yang hidup dan membuat hunian di Danau Sentani tidak hanya beraktivitas di danau saja. Mereka juga beraktivitas hingga pesisir pantai,” ujar Hari kepada Tempo melalui pesan pendek, Jumat malam, 6 Desember 2019. “Untuk menuju pantai, mereka menyusuri Sungai Jaifuri yang merupakan muara Danau Sentani dan langsung terhubung ke Samudera Pasifik.”

Hari merupakan ketua dari penelitian tersebut dengan beranggotakan delapan peneliti, yaitu Gusti Made Sudarmika, Bambang Budi Otomo, Paul Yaam, Elvis Kabey, Eni Lestari, Irmawati, Esau Ohee dan Cory Ohee. Tim menemukan Situs Yomokho di Kampung Dondai, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, yang merupakan kawasan Danau Sentani bagian barat.

Fosil gigi manusia ditemukan di kawasan Danau Sentani, Jayapura, Papua. Kredit: Balai Arkeologi Papua

Situs Yomokho merupakan situs hunian Neolitik di tepi Danau Sentani. Dalam penelitian ini, selain ditemukan gigi manusia, juga ditemukan pecahan gerabah, tulang, gigi babi, tulang ikan, arang, kapak batu, obsidian dan alat batu tokok sagu.

Berdasarkan data arkeologi yang ditemukan menunjukkan bahwa pada masa lalu, manusia yang tinggal di Situs Yomokho mengolah dan mengkonsumsi sagu. Kapak batu untuk menebang pohon sagu, alat batu untuk menokok sagu, dan gerabah digunakan sebagai wadah untuk mengolah sagu menjadi papeda. Sebagai sumber protein, mereka hidup berburu babi di hutan dan menangkap ikan di Danau Sentani.

Untuk mengetahui bentuk kehidupan masa lalu di Situs Yomokho, tim peneliti mengaitkan konteks artefak dengan lingkungan. “Situs Yomokho menggambarkan adaptasi manusia terhadap lingkungan. Pemilihan lokasi sebagai hunian berkaitan dengan keberadaan Danau Sentani yang menghasilkan sumber pangan diantaranya siput danau dan ikan, sumber air bersih, serta di tepi Danau Sentani terdapat hutan sagu,” kata Hari.

Gerabah motif buaya dan bandul jala di kawasan Danau Sentani, Jayapura, Papua. Kredit: Balai Arkeologo Papua

Hasil survei permukaan tanah dan ekskavasi di Situs Yomokho, Hari menemukan artefak gerabah lebih banyak ditemukan di lereng bukit. Hal ini menunjukkan bahwa manusia prasejarah Situs Yomokho memilih lereng bukit sebagai lokasi hunian,  karena didasarkan pada banyaknya pecahan gerabah serta cangkang siput danau.

Gigi babi mengindikasikan bahwa hunian prasejarah berburu babi untuk di makan. Menurut Kal Muller (2008) dan Peter Bellwood (1978), bisa dipastikan bahwa babi - bersama anjing dan ayam - dibawa masuk ke Papua oleh penutur Austronesia pada 1.500 hingga 1.000 SM.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Temuan arkeologi di lereng Bukit Yomokho juga mengindikasikan bahwa pada masa lalu, hunian berada di lereng bukit berupa rumah panggung. Hal ini didasarkan pada temuan arkeologi yang banyak didapatkan di permukaan tanah lereng bukit,” tutur Hari.

Temuan cangkang moluska laut merupakan sisa makanan manusia prasejarah yang pernah menghuni Situs Yomokho. Jarak Situs Yomokho dengan laut sekitar 35,9 kilometer sebelah timur. “Temuan cangkang moluska laut di danau air tawar sangat spesial, ini mengindikasikan bahwa telah terjadi kontak antara masyarakat Danau Sentani dengan masyarakat pesisir pantai,” tutur Hari.

Berdasarkan konteks temuan berupa pecahan gerabah, mengindikasikan moluska laut ini diolah dengan cara dimasak dalam gerabah. “Temuan cangkang moluska laut juga didukung oleh temuan hasil ekskavasi di Situs Yomokho berupa batu obsidian. Batu obsidian berasal dari Pulau Manus, Britania Baru, sebelah utara Papua Nugini,” lanjut Hari.

Gigi manusia juga didapatkan dalam ekskavasi kotak YMK/STN/KT1 pada kedalaman 110 cm. Berdasarkan analisis Marlin Tolla dari Max Planck Institute Jerman, gigi yang ditemukan berdasarkan bentuk mahkota dan akarnya merupakan gigi manusia prasejarah. 

Selain itu ada situs Yope, temuan bandul jala juga membuktikan bahwa manusia penghuni Yope, wilayah sekitar Danau Sentani pada masa lampau beraktivitas menjala ikan. Sebelum dikenal jala modern, masyarakat Sentani membuat jala dari pintalan serat kulit pohon melinjo.

“Lingkungan sekitar Yope juga dikenal sebagai daerah habitat buaya Nugini (Crocodylus Novaeguineae). Sehingga gerabah motif buaya yang ditemukan dapat diasumsikan bahwa gerabah itu dibuat di Yope,” tutur Hari.

Sementara lumpang di Situs Koning U Nibie berfungsi untuk menumbuk biji-bijian atau menumbuk ramuan tumbuhan. Hari menjelaskan bahwa ini terlihat pada permukaan yang aus serta bentuk cekungan yang dalam serta menunjukkan keausan akibat pemakaian (pengerusan).

“Selain itu pada permukaan bongkahan batu terdapat lukisan prasejarah yang sudah aus. Lukisan ini dibuat dengan menggores batu, teknik menggambar ini memiliki kesamaan dengan Situs Megalitik Tutari di Doyo Lama, Kabupaten Jayapura,” tambah Hari.

Penelitian Hari dan tim dilakukan selama tiga puluh hari, pada 1-30 Oktober 2019. Penelitian tersebut berjudul “Identifikasi Jejak Hunian Awal Prasejarah di Kawasan Danau Sentani Bagian Barat,” dan menjadi salah satu dari enam penelitian terbaik dari 118 penelitian dari 10 balai arkeologi dan 1 pusat penelitian arkeologi nasional tahun 2019.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Yayasan Pusaka: Deforestasi di Papua Periode Januari-Februari 2024 Seluas 765,71 Ha

2 jam lalu

Peta Distrik Sarmi, Papua. google.com
Yayasan Pusaka: Deforestasi di Papua Periode Januari-Februari 2024 Seluas 765,71 Ha

Yayasan Pusaka mengidentifikasi deforestasi di Papua Januari-Februari 2024 seluas 765,71 Ha meski Indonesia mendapatkan dana dari komunitas global.


Perludem Sebut Sistem Noken dalam Pemilu Perlu Diubah, Ini Alasannya

3 jam lalu

Warga pegunungan memberikan hak pilihnya pada Pemilu serentak 2024 Sistem Noken di Kampung Algoni, Distrik Piramid, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, Rabu, 14 Februari 2024. Sebanyak 1.306.414 orang masuk dalam daftar pemilih tetap di Provinsi Papua Pegunungan yang akan menggunakan hak pilih untuk memilih presiden dan wakil presiden, DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten / Kota dan DPD. ANTARA / Gusti Tanati
Perludem Sebut Sistem Noken dalam Pemilu Perlu Diubah, Ini Alasannya

Perludem mencatat, dari 277 sengketa Pemilu 2024 yang masuk ke MK, hampir 10 persen terjadi di Papua Tengah.


Ke Jokowi, Bos Freeport Janjikan Smelter Gresik Beroperasi pada Juni 2024

8 jam lalu

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas dan Chairman & CEO Freeport McMoran Richard C Adkerson ditemui di Kompleks Kepresidenan Jakarta pada Kamis, 28 Maret 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Ke Jokowi, Bos Freeport Janjikan Smelter Gresik Beroperasi pada Juni 2024

PT Freeport Indonesia menjanjikan fasilitas pengolahan dan pemurniannya dapat berproduksi penuh pada tahun ini.


Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

11 jam lalu

Publikasi hasil penelitian situs Gunung Padang Cianjur yang dicabut dari jurnal ilmiah Wiley Online Library. Istimewa
Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

Seperti situs Gunung Padang, ada banyak laporan penelitian yang pernah dicabut dari jurnal ilmiah internasional. Cek asal negaranya yang terbanyak.


Rumah Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar Dimasuki Biawak, Seliar Apakah Hewan Ini?

1 hari lalu

Seekor biawak di Pulau Biawak, Indramayu, Jawa Barat, 26 Juni 2014. Pada sore hari, biawak-biawak berenang di tepi pantai untuk memangsa ikan. TEMPO/Aditya Herlambang
Rumah Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar Dimasuki Biawak, Seliar Apakah Hewan Ini?

Rumah artis Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar dimasuki biawak belum lama ini. Hewan apakah ini? Ada sekitar 80 jenis biawak di seluruh dunia,


Kronologi Kematian 1 Anggota TPNPB-OPM, Ini Penjelasan Polda Papua

1 hari lalu

Kabid Humas Polda Papua, Kombes. Pol. Ignatius Benny Ady Prabowo. Dok Polda Papua
Kronologi Kematian 1 Anggota TPNPB-OPM, Ini Penjelasan Polda Papua

WM telah masuk daftar pencarian orang (DPO) atas kasus penyerangan OPM terhadap pekerja proyek pembangunan Puskesmas Omukia pada Oktober 2023.


Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal

1 hari lalu

Menhir situs megalitik Gunung Padang yang sudah terlilit akar di Desa Karyamukti, Cianjur, Jawa Barat, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal

Pencabutan artikel Gunung Padang pada 18 Maret 2024 didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

1 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


KontraS Sebut Langkah TNI Tangani Kasus Papua Belum Cukup, Perlu Evaluasi Total

2 hari lalu

Kepala Divisi Bidang Korupsi dan Politik ICW Ego Primayoga (kanan) dan Peneliti KontraS Rozy Brilian (kiri) memberikan keterangan pada media usai mengantar surat permohonan keterbukaan informasi publik tentang Pemilu 2024 di KPU RI, Jakarta, Kamis, 22 Februari 2024. Dua organisasi itu mencatat sejumlah masalah pemilu seperti pelaporan dana kampanye partai politik maupun calon presiden tidak dapat diakses oleh masyarakat umum. TEMPO/ Febri Angga Palguna
KontraS Sebut Langkah TNI Tangani Kasus Papua Belum Cukup, Perlu Evaluasi Total

KontraS mengatakan perlu dilakukan evaluasi total seluruh langkah dan pendekatan keamanan yang selama ini berlangsung di Papua.


Komnas HAM Papua Sebut Korban Penganiayaan yang Diduga Dilakukan Prajurit TNI Meninggal

2 hari lalu

Ilustrasi TNI. dok.TEMPO
Komnas HAM Papua Sebut Korban Penganiayaan yang Diduga Dilakukan Prajurit TNI Meninggal

Komnas HAM Papua menyebut korban kekerasan yang diduga dilakukan anggota TNI dari Yonif Raider 300/Brajawijaya telah meninggal dunia di Ilaga,