TEMPO.CO, Bandung - Puluhan warga berbaris di Alun-alun Bandung, Kamis siang, 26 Desember 2019, untuk menyaksikan gerhana matahari sebagian dari teleskop. Sementara dari Masjid Raya Bandung di sebelahnya mengalun takbir dan ajakan salat sunat gerhana.
Acara nonton bareng gerhana matahari di Alun-alun Bandung itu gelaran Himpunan Mahasiswa Astronomi Institut Teknologi Bandung (Himastron ITB). Sebanyak 15 orang mahasiswa memandu warga melihat gerhana dari teleskop sambil berbagi pengetahuan tentang peristiwa langit itu.
Selain membawa teleskop, mahasiswa juga menyiapkan tiga kamera lubang jarum yang berbahan kotak kardus. Adapula 20-an kacamata khusus untuk menyaksikan gerhana secara langsung. "Kacamatanya untuk dipakai bergantian," kata Ketua Himastron ITB Alisa Latifatul Munawaroh kepada Tempo di lokasi.
Peralatan lain seperti poster dan layar proyektor. Menurut Alisa, mereka ingin menyiarkan langsung gerhana matahari cincin di tempat lain seperti Siak, Batam, atau Singkawang dari jaringan dengan Observatorium Bosscha dan Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (Lapan) yang memantau di sana.
Streaming gerhana juga menjadi alternatif bagi warga jika gagal menyaksikan puncak gerhana matahari sebagian di Bandung. Penyebabnya karena matahari tertutup awan atau bahkan sampai hujan. "Kami akan geser tempat ke selasar masjid raya untuk menyaksikan streaming," kata Alisa.
Peristiwa gerhana ini menarik minat warga untuk bergabung di Alun-alun Bandung. "Supaya nambah pengetahuan," kata Faiz warga yang ikut mengantre. Sejak pukul 11.00 pengamatan berhenti karena matahari tertutup awan.
Waktu puncak puncak gerhana matahari sebagian di Bandung menurut BMKG pada pukul 12.38 WIB. Saat itu matahari akan tertutup sebesar 76,4 persen. Awal gerhana pada pukul 10.46 dan selesai pukul 14.24 WIB. Total durasi gerhana di Bandung 3 jam 38 menit.
ANWAR SISWADI
