Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ada Kesalahan, Pemenang Nobel Frances Arnold Tarik Penelitiannya

image-gnews
Pemenang Hadiah Nobel Kimia 2018 Frances H. Arnold. Kredit: Claudio Bresciani/TT/AP
Pemenang Hadiah Nobel Kimia 2018 Frances H. Arnold. Kredit: Claudio Bresciani/TT/AP
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pemenang Hadiah Nobel Frances Arnold mengakui bahwa dia tidak melakukan pekerjaannya dengan baik setelah makalah ilmiah yang diterbitkan tahun lalu ditarik kembali. Arnold memenangkan Hadiah Nobel untuk bidang kimia pada tahun 2018 untuk evolusi enzim yang diarahkan.

Dalam serangkaian tweet pada 2 Januari, ia mengungkapkan bahwa sebuah makalah yang berbeda, yang diterbitkan Mei 2019, telah ditarik dari majalah Science yang sangat dihormati.

"Untuk tweet terkait pekerjaan pertama saya tahun 2020, saya benar-benar kecewa untuk mengumumkan bahwa kami telah menarik kembali makalah tahun lalu tentang sintesis enzim beta-laktam," demikian tweet Arnold, seperti dikutip Daily Mail, baru-baru ini.

Menurut Arnold, pekerjaan itu belum bisa direproduksi. Memang menyakitkan untuk mengakuinya, tapi penting untuk melakukannya. "Saya minta maaf kepada semua. Saya agak sibuk ketika ini disampaikan, dan tidak melakukan pekerjaan saya dengan baik," tutur Arnold.

Makalah berjudul “Site-selective enzymatic C-H amidation for synthesis of diverse lactams" itu diterbitkan bersama rekan penulis Zhi-Jun Jia dan Inha Cho. Di dalam jurnal ditulis bahwa upaya untuk mencoba dan mereproduksi karya Arnold, Jia dan Cho telah gagal, pada dasarnya membuktikannya salah.

"Upaya mereproduksi pekerjaan itu menunjukkan bahwa enzim tidak mengkatalisasi reaksi dengan aktivitas dan selektivitas diklaim," demikian catatan itu berbunyi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Pemeriksaan cermat terhadap buku catatan laboratorium penulis pertama kemudian mengungkapkan entri kontemporer dan data mentah yang hilang untuk eksperimen utama. Oleh karena itu penulis menarik kembali makalah tersebut."

Namun, para ilmuwan lain cepat memuji Arnold, yang bekerja di Institut Teknologi California dan duduk di dewan direksi di perusahaan induk Google Alphabet, karena mengakui kesalahannya.

"Kadang-kadang sesuatu tampak berhasil, namun ternyata tidak. Sains harus menjadi proses, bukan pemenang yang memenangkan segalanya apapun biayanya," tulis Profesor Lee Cronin dari Universitas Glasgow di Skotlandia. "Pengusaha didorong untuk gagal dengan baik, tapi dalam sains itu masih tabu. Saya berharap ketika saya terpeleset saya bisa melakukannya dengan terbuka dan baik."

Sedangkan ilmuwan India Anmol Kilkarni juga memuji Arnold atas kejujurannya. "Melihat tweet peraih Nobel tentang pencabutan karya penelitian mengajarkan betapa pentingnya bagi para ilmuwan untuk jujur tentang data mereka," tweetnya. "Untuk orang sepertiku yang baru memulai di bidang penelitian, tindakanmu mengajarkan pelajaran penting."

CTVNEWS | DAILY MAIL

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

2 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Begini Cara Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Terindeks Scopus

Jurnal terindeks Scopus menjadi salah satu tujuan para peneliti di Indonesia untuk mempublikasikan artikel ilmiah atau penelitiannya, bagaimana cara menulis artikel ilmiah yang terindeks scopus?


Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

9 hari lalu

Associate Professor Henry Surendra sebelumnya membahas kesenjangan pandemi dan kematian akibat Covid-19 di Indonesia/Monash University
Monash University Gelar World Health Summit, Demam Berdarah Hingga Penelitian Soal Obat Jadi Bahasan

World Health Summit akan pertama kali digelar di Monash University. Ada beberapa tema yang akan dibahas oleh peneliti, salah satunya, demam berdarah


Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

16 hari lalu

Penampakan gerhana bulan sebagian atau Parsial di langit Jakarta, Minggu, 29 Oktober 2023. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) peristiwa gerhana bulan parsial terjadi saat posisi Bulan, Matahari dan Bumi sejajar membuat sebagian piringan bulan masuk ke umbra (bayangan gelap) Bumi sehingga saat puncak gerhana terjadi Bulan akan terlihat gelap sedikit kemerahan di bagian yang terkena umbra Bumi. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S.
Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

Sistem yang disebut dengan kode astronomi TYC 2505-672-1 memecahkan rekor alam semesta untuk gerhana matahari terlama.


Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

23 hari lalu

Publikasi hasil penelitian situs Gunung Padang Cianjur yang dicabut dari jurnal ilmiah Wiley Online Library. Istimewa
Publikasi Ilmiah Senasib Gunung Padang dan SNBP 2024 di Top 3 Tekno Berita Terkini

Seperti situs Gunung Padang, ada banyak laporan penelitian yang pernah dicabut dari jurnal ilmiah internasional. Cek asal negaranya yang terbanyak.


Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal

24 hari lalu

Menhir situs megalitik Gunung Padang yang sudah terlilit akar di Desa Karyamukti, Cianjur, Jawa Barat, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Heboh Pencabutan Artikel Gunung Padang, Dua Negara Ini Catat Skor Tertinggi Penarikan Makalah di Jurnal

Pencabutan artikel Gunung Padang pada 18 Maret 2024 didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

24 hari lalu

Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Kronologi Pencabutan Artikel Arkeologi Situs Gunung Padang, Gerhana Bulan, Gempa Bawean

27 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Kronologi Pencabutan Artikel Arkeologi Situs Gunung Padang, Gerhana Bulan, Gempa Bawean

Topik tentang kronologi pencabutan artikel arkeologi situs Gunung Padang dari Jurnal Wiley menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Penanggalan Karbon dan Kontroversi Situs Gunung Padang

29 hari lalu

Wisatawan mengunjungi teras bawah situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. Saat ini, wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi teras punden berundak paling bawah. TEMPO/Prima Mulia
Penanggalan Karbon dan Kontroversi Situs Gunung Padang

Penerbit menyebut laporan penelitian situs Gunung Padang yang dibuat Danny Hilman dkk mengandung kekeliruan besar, terkait penanggalan karbon.


Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

34 hari lalu

Ilustrasi kesepian. Shutterstock
Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.


Indonesia Dilaporkan Ekspor 1.400 Monyet Hasil Tangkapan Liar ke Amerika pada 2023

40 hari lalu

Monyet ekor panjang (macaca Fascicularis) berinteraksi di Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur, Minggu, 18 Februari 2024. Berdasarkan Internasional Union for Conservation Nature (IUCN) Monyet ekor panjang mengalami perubahan status dari rentan (vunerable) menjadi terancam punah (endangered) yang diprediksi populasinya akan menurun hingga 40 persen dalam tiga generasi terakhir atau sekitar 42 tahun akibat habitat yang mulai hilang serta perdagangan ilegal. ANTARA/Budi Candra Setya
Indonesia Dilaporkan Ekspor 1.400 Monyet Hasil Tangkapan Liar ke Amerika pada 2023

1.402 monyet ekor panjang yang ditangkap dari alam liar di Indonesia diimpor oleh industri penelitian dan pengujian AS selama tahun 2023.