Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ini Solusi Banjir Jabodetabek dari Para Ahli ITB

image-gnews
Ahli Hidrodinamika ITB Muslim Muin, moderator diskusi Latief Siregar, Ahli Perencanaan Kota dan Wilayah ITB Jehansyah Siregar dan Ahli Meteorologi ITB Armi Susandi dalam diskusi Solusi Komunitas Kopi ITB Atasi Banjir antara Iklim, Naturalisasi dan Normalisasi di Novotel, Jakarta Pusat, Rabu, 8 Januari 2020. TEMPO/Khory
Ahli Hidrodinamika ITB Muslim Muin, moderator diskusi Latief Siregar, Ahli Perencanaan Kota dan Wilayah ITB Jehansyah Siregar dan Ahli Meteorologi ITB Armi Susandi dalam diskusi Solusi Komunitas Kopi ITB Atasi Banjir antara Iklim, Naturalisasi dan Normalisasi di Novotel, Jakarta Pusat, Rabu, 8 Januari 2020. TEMPO/Khory
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Komunitas Kopi Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar diskusi untuk mencari solusi dari permasalahan banjir yang terjadi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Dalam diskusi tersebut beberapa pakar lulusan ITB dengan berbagai latar belakang pendidikan menawarkan beberapa solusi. 

Ahli Hidrodinamika ITB Muslim Muin menawarkan solusi Gerakan Lumbung Air (Gela). Menurutnya, Gela merupakan solusi yang murah dan tidak membutuhkan biaya banyak. “Gela itu, tangkap, resapkan, gunakan dan sisanya baru dibuang,” ujar Muslim di Novotel, Jakarta Pusat, Rabu, 8 Januari 2020.

Seperti diketahui, awal tahun ini beberapa wilayah terkena banjir. Hal tersebut disebabkan oleh curah hujan pada 1 Januari 2020 mencatat rekor tertinggi dan mengakibatkan beberapa wilayah Jabodetabek terendam banjir.

Menurut Muslim, Gela merupakan soft engineering yang menjadi keharusan, dan karena lahan yang terbatas, normalisasi sungai itu tidak bisa dilakukan. “Seberapa normal yang dibilang normal itu?” kata Muslim.

Untuk hujan yang terjadi beberapa hari lalu, Muslim melanjutkan, itu 1.000 tahunan. “Jika ingin normal 1.000 tahunan ya diatur salurannya 1.000 tahunan yang gede-gede. Atau kita coba tangkap airnya, kita pangkas intensitasnya, jadi kecil debitnya, murahkan, dari pada bikin pompa untuk 1.000 tahunan, bikin saluran 1.000 tahunan,” lanjutnya.

Sementara ahli Meteorologi ITB Armi Susandi dalam diskusi tersebut menawarkan tiga solusi untuk mengatasi banjir tersebut. Pertama adalah kesiapsiagaan banjir, baik jangka panjang maupun jangka pendek. “Ini bidang saya, karena ini penting, kita bisa menentukan mau jangka panjang atau pendek, untuk sistem peringatan dini kita,” tutur Armi.

Armi berujar, perlu adanya riset mengenai cara membuat sistem informasi yang baik, sehingga jika ada potensi hujan maka pompa dipastikan berfungsi dan gorong-gorong harus bersih. Menurut Armi, peristiwa banjir awal tahun ini memiliki indikasi bahwa pompa saat banjir tidak berfungsi.

“Pasti ada sesuatu, bisa karena lambat mengoperasikannya, karena jika terlambat itu tidak bisa berfungsi, akan mati, jadi harus pas waktunya,” kata Armi.

Kemudian solusi kedua yang ditawarkan adalah konsep naturalisasi dan normalisasi sungai. “Menurut saya, konsep ini bagus dua-duanya, hanya butuh lahan untuk naturalisasi, karena teorinya perlu lahan kiri kanan sungai, nah mungkinkan kita menggusur penduduk?” ujar Armi.

Namun, Armi melanjutkan, hal tersebut berat untuk di hilir Jakarta, tapi di hulu sangat mungkin sekali. Jadi konsep tersebut berbenturan dengan masyarakat dan tidak disukai banyak pihak, ditambah dengan jenis tanahnya adalah tanah lempung seperti tanah liat, sehingga potensi penyerapannya menjadi rendah.

Sementara normalisasi menjadi peluang lain. Di Padang, Armi mencontohkan, normalisasi dilakukan, tapi bukan di hilir, melainkan di hulu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Nah lokasinya di mana untuk normalisasi dan naturalisasi? Di hulu naturalisasi, di hilir normalisasi. Kalau tidak kita akan berdebat terus, ini akan butuh waktu dan lahan. Di Korea betul sudah melakukan naturalisasi tapi prosesnya normalisasi dulu, perbaiki lingkungannya, baru terakhir naturalisasi,” tutur Armi.

Solusi ketiga adalah Teknologi Modifikasi Cuaca. Menurutnya, upaya BNPB melakukan TMC itu tidak efektif saat ini, efektifnya tanggal 31 Januari 2020. “Tapi tidak apa-apa, yang pentingkan upaya. Ini penting, setidaknya 1-10 Februari bisa kita siapkan dengan baik, kapan sebaiknya TMC dibuka,” lanjut Armi.

Sedangkan Ahli Perencanaan Kota dan Wilayah ITB Jehansyah Siregar membenarkan kata budayawan Ridwan Saidi yang mengatakan bukan airnya yang masuk ke perumahan, tapi perumahannya lah yang masuk daerah air. “Itu yang terjadi, jadi Jakarta itu memang daerah air,” katanya.

Dari sisi permukiman, Jehan menyatakan, normalisasi dengan betonisasi hanya sedikit mengambil lahan sempadan sungai yang sudah diduduki warga. Sedangkan naturalisasi benar-benar mengembalikan penampang sungai baik palung maupun kedua sempadannya ke ukuran alami semula.

“Jadi kan sudah ada Undang-Undang Sumber Daya Air itu lebarnya kan kanan kiri itu 50 meter. Kalau di luar kota itu 200 meter. Undang-undang juga mengatakan bahwa DAS itu harus menyediakan sempadan sungai dan palung sungai,” tutur Jehan.

Normalisasi juga harus diiringi dengan penggantian lahan dan relokasi penduduk yang seperlunya saja, yaitu sebanyak satu jalur deret bangunan yang paling pinggir sungai. Sedangkan naturalisasi menuntut adanya penataan pemukiman yang lebih luas dan komprehensif.

Isu tersebut sudah mulai masuk bidangnya di perumahan dan permukiman. Namun, penanganannya tidak bisa hanya sebatas mengganti rugi lahan sebagai tambahan uang proyek, karena dampaknya akan menyakitkan bagi masyarakat, diganti rugi, pergi, lalu miskin lagi. “Naturalisasi itu lebih berkelanjutan karena lebih pro people dan pro environment, inilah yang harus kita lakukan,” tambah Jehan.

Sehingga, menurut Jehan, yang juga seorang arsitek, kritik naturalisasi tidak realistis mengingat terlalu banyak permukiman warga yang harus dipindahkan ini harus dijawab. Pertama, kata dia, dengan naturalisasi palung sempadan sungai bisa dikembalikan hingga lebar total 200 meter yang sesuai dengan UU Sumber Daya Air.

“Masyarakat yang terdampak diberi program perumahan permukiman yang efektif dan komprehensif, sehingga meningkatkan kesejahteraan dan bukan hanya dana ganti rugi sebagaimana proyek pengairan biasa,” tutur Jehan. “Kemudian menambah RTH kota secara signifikan. Ini poin saya, kalau 13 sungai di Jakarta dinaturalisasikan kanan kiri 50 meter, bisa meningkatkan RTH.”

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


ITB Gelar Bursa Kerja, Diikuti Perusahaan dari Dalam dan Luar Negeri

2 jam lalu

Kampus ITB Jatinangor. Dokumentasi: ITB.
ITB Gelar Bursa Kerja, Diikuti Perusahaan dari Dalam dan Luar Negeri

Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar bursa kerja selama dua hari 19-20 April 2024 di gedung Sasana Budaya Ganesha.


Apa itu Cloud Seeding yang Diduga Jadi Penyebab Banjir di Dubai?

10 jam lalu

Jalan yang terendam banjir setelah hujan lebat di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. Pusat Meteorologi Nasional mengatakan UEA mengalami curah hujan terberat dalam 24 jam terakhir sejak mulai mengumpulkan data pada tahun 1949, menambahkan bahwa curah hujan tertinggi tercatat di daerah 'Khatm Al Shakla' di Al Ain mencapai 254 mm. Gelombang badai petir yang hebat disertai hujan lebat mempengaruhi sebagian besar kota di UEA pada tanggal 16 April terutama di Dubai, Sharjah dan Al Ain di mana pertandingan leg pertama semifinal Liga Champions Asia antara Klub Al-Ain UEA dan Al-Hilal dari Arab Saudi telah ditunda. EPA-EFE/STRINGER
Apa itu Cloud Seeding yang Diduga Jadi Penyebab Banjir di Dubai?

Mengenal cloud seeding yang diduga menjadi penyebab badai dan banjir di Dubai.


Tips Menyusun Jurnal Scopus, Pemicu Banjir Dubai, dan Catatan Tsunami Gunung Ruang di Top 3 Tekno

16 jam lalu

Jalan yang terendam banjir setelah hujan lebat di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. Pusat Meteorologi Nasional mengatakan UEA mengalami curah hujan terberat dalam 24 jam terakhir sejak mulai mengumpulkan data pada tahun 1949, menambahkan bahwa curah hujan tertinggi tercatat di daerah 'Khatm Al Shakla' di Al Ain mencapai 254 mm. Gelombang badai petir yang hebat disertai hujan lebat mempengaruhi sebagian besar kota di UEA pada tanggal 16 April terutama di Dubai, Sharjah dan Al Ain di mana pertandingan leg pertama semifinal Liga Champions Asia antara Klub Al-Ain UEA dan Al-Hilal dari Arab Saudi telah ditunda. EPA-EFE/STRINGER
Tips Menyusun Jurnal Scopus, Pemicu Banjir Dubai, dan Catatan Tsunami Gunung Ruang di Top 3 Tekno

Langkah untuk menyusun jurnal terindeks Scopus, basis data paling bergengsi di dunia akademik, menjadi artikel utama Top 3 Tekno hari ini.


Bandara Dubai Kembali Beroperasi Usai Banjir, Jalan Masih Ditutup

1 hari lalu

Mobil melewati jalan yang banjir saat hujan badai di Dubai, Uni Emirat Arab, 16 April 2024. REUTERS/Abdel Hadi Ramahi
Bandara Dubai Kembali Beroperasi Usai Banjir, Jalan Masih Ditutup

Banjir yang menerjang Dubai membuat sejumlah penerbangan dihentikan.


Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

1 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.


5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

1 hari lalu

Mobil melewati jalan yang banjir saat hujan badai di Dubai, Uni Emirat Arab, 16 April 2024. REUTERS/Abdel Hadi Ramahi
5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab


Penjelasan Pakar ITB Soal Petir Erupsi yang Terjadi Saat Letusan Gunung Ruang

1 hari lalu

Erupsi Gunung Ruang di Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Sulawesi Utara, Rabu, 17 April 2024. Data PVMBG menyebutkan selama kurun waktu 24 jam terakhir sudah terjadi lima kali erupsi dengan ketinggian 1.800 meter hingga 3.000 meter dari puncak Gunung Ruang. Foto: X/@infomitigasi
Penjelasan Pakar ITB Soal Petir Erupsi yang Terjadi Saat Letusan Gunung Ruang

PVMBG secara cepat menaikkan status Gunung Ruang.


Atta Halilintar dan Keluarga Terjebak Banjir di Dubai, Ungkap akan Segera Pulang

1 hari lalu

Atta Halilintar terjebang banjir di Dubai. Foto: Instagram/@attahalilintar
Atta Halilintar dan Keluarga Terjebak Banjir di Dubai, Ungkap akan Segera Pulang

Atta Halilintar dan keluarganya ikut merasakan banjir di Dubai. Salah satu mal yang mereka datangi juga sampai tergenang air.


BRIN Tutup Jalan di Serpong, Rekrutmen Dosen ITB, dan Sapaan CEO Apple Masuk Top 3 Tekno

1 hari lalu

Penutupan akses jalan di depan kantor BRIN di Jalan Raya Serpong-Parung gagal dilakukan, Kamis 11 April 2024. (TEMPO/Muhammad Iqbal)
BRIN Tutup Jalan di Serpong, Rekrutmen Dosen ITB, dan Sapaan CEO Apple Masuk Top 3 Tekno

Penutupan jalan provinsi di Kawasan Sains Terpadu B.J. Habibie menjadi artikel terpopuler Tekno pagi ini, Kamis, 18 April 2024.


Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

1 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Banjir di Dubai Bukan Disebabkan Teknologi Hujan Buatan, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

Dubai terdampak badai yang langka terjadi di wilayahnya pada Selasa lalu, 16 April 2024.