TEMPO.CO, Jakarta -Tim ilmuwan biologi dari Amerika Serikat dan Cina mengidentifikasi sinergitas dua gen yang bertanggung jawab untuk pertambahan usia seekor cacing C. elegans hingga lima kali lipat. Jenis nematoda tersebut selama ini digunakan sebagai model dalam riset-riset penuaan pada manusia.
Riset itu dikerjakandi MDI Biological Laboratory, bekerja sama dengan ilmuwan dari Buck Institute for Research on Aging di Novato, California, Amerika Serikat, dan Nanjing University di Cina. "Penemuan efek sinergis ini membuka pintu untuk terapi-terapi anti penuaan yang lebih efektif," kata Hermann Haller, M.D., Presiden MDI Biological Laboratory, dalam jurnal Cell Reports awal Januari 2020.
Tim ilmuwan ini menggunakan cacing C. elegans karena banyak kesamaan komposisi genetik hewan itu dengan manusia. Masa hidup cacing yang hanya 3-4 minggu juga memungkinkan ilmuwan bisa cepat melihat dan mengidentifikasi setiap efek dari intervensi yang dilakukan terhadap genetik dan lingkungan cacing itu.
Penelitian dilakukan Hermann dan timnya dengan merekayasa (menjadikan mutan) gen mekanisme sinyal insulin (IIS) dan TOR. Susunan genetik keduanya diubah. Awalnya, perubahan pada gen mekanisme IIS diharap bisa membuat usia cacing meningkat 100 persen. Sedang pengubahan gen TOR bisa membuat peningkatan 30 persen.
Total, dua mutasi sekaligus diharapkan bisa membuat usia cacing bertambah 130 persen. Tapi yang didapat, usia cacing menjadi bertambah 500 persen. Pada manusia, itu artinya usia bisa berlipat hingga 500 tahun.
"Belum jelas bagaimana keduanya berinteraksi hingga berdampak ke anti penuaan seperti itu," kata Hermann. Dia menambahkan, "Dengan membantu karakterisasi interaksi itu nantinya, kami sedang merintis terapi yang sangat dibutuhkan yakni meningkatkan usia untuk populasi yang sedang menua dengan cepat."
Pankaj Kapahi, doktor dari Buck Institute, menambahkan bahwa temuan interaksi sinergis dua gen itu juga memberi harapan untuk terapi-terapi kanker dan infeksi HIV. Interaksi dengan dampak yang di luar dugaan itu juga bisa jadi menjelaskan kenapa para ilmuwan selama ni tidak bisa menemukan satu gen tunggal yang berada di balik usia panjang seseorang terbebas dari penyakit karena penuaan.
PHYS.ORG