TEMPO.CO, Sleman - Dua hari belakangan terjadi peningkatan jumlah pengunjung dan pasien yang mengenakan masker di ruang rawat jalan Rumah Sakit Umum Pusat Sardjito di Sleman, DI Yogyakarta. Saat ditanyakan, rata-rata pengguna masker itu mengatakan takut tertular flu akibat virus corona dari Wuhan, Cina.
Setelah ditelusuri, ternyata beredar kabar melalui aplikasi percakapan di telepon genggam WhatsApp tentang cerita virus itu di RSUP Sardjito. Isinya, meminta kepada pengemudi taksi online maupun konvensional yang menjemput pasien di RSUP Sardjito untuk mengenakan masker karena telah ada dua perawat yang tertular. Pesan tertulis mengatasnamakan Kabag Op Sardjito.
Isi pesan yang viral itu langsung mendapat bantahan. “Itu hoax. Tidak benar. Karena (pasien) flu Wuhan tidak ada di kami (yang dirawat di Sardjito),” kata Direktur Umum RSUP Sardjito, Darwito, dalam konferensi pers di Gedung Diklat RSUP Sardjito, Rabu 22 Januari 2020.
Darwito menjelaskan, upaya pencegahan dan penanganan penyakit yang ditimbulkan dari penularan virus melalui udara atau airbone disease, seperti SARS (Severe Acute Respiratory Infection), MERS-Co, termasuk flu Wuhan, sudah dipersiapkan sejak awal. Kesiapsiagaan tim medis di sana juga dilatih lewat simulasi penanganan setiap enam bulan.
Menurut Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Sardjito, Banu Hermawan, simulasi terbaru digelar pekan lalu. Simulasi yang dimaksud meliputi pelatihan penggunaan alat pelindung diri (APD) oleh tim medis, juga penanganan pasien dari ruang rawat jalan hingga ke ruang isolasi. "Setidaknya ada 200 petugas yang disiapkan untuk menangani pasien-pasien infeksius yang telah mendapat pelatihan," katanya.
Di Bangsal Melati yang menyediakan ruang isolasi, perawat Anjar Ismiyati lalu memeragakan penggunakan APD. Secara standar, APD untuk tim medis yang menangani penyakit airbone disease dikenakan dari ujung rambut hingga ujung kaki. Meliputi penutup rambut, goggle, masker jenis N95, sarung tangan baju, baju khusus, dan sepatu boot.
“Masker N95 ini khusus. Kuman enggak bisa masuk,” kata Anjar menjelaskan perbedaan masker khusus itu dengan masker yang biasa dijual di pasaran. Ukuran masker N95 disesuaikan dengan batang hidung penggunanya.
Anjar juga menegaskan kalau ia bersama perawat lainnya di RSUP Saradjito juga telah menjalani pemeriksaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). “Hasilnya negatif. Kami siap bertugas. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir,” kata Anjar dari balik maskernya.