TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyatakan akan terus menerapkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk penanggulangan banjir di Jakarta dan sekitarnya. Dasarnya adalah perkiraan cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menunjukkan curah hujan masih tinggi dan berpotensi kembali mengakibatkan banjir di Jabodetabek.
Kepala BPPT Hammam Riza menjelaskan, pihaknya akan berusaha maksimal untuk melakukan penyemaian di atas awan yang diperkirakan bergerak menuju wilayah Jabodetabek. "Tim kami akan terus berikhtiar melakukan operasi ini untuk mencegah potensi banjir," ujarnya dalam keterangannya Ahad, 26 Januari 2020.
Operasi TMC untuk penanggulangan banjir itu telah dilakukan sejak 3 Januari 2020--pasca banjir besar rendam Jakarta dan sekitarnya. Hammam menyebut upaya terselenggara atas kerja sama dengan beberapa lembaga seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI AU dan BMKG. "Kami lakukan penyemaian garam, agar segera turun hujan sebelum memasuki wilayah Jabodetabek,” kata dia menunjuk lokasi target hujan buatan di atas perairan Selat Sunda.
Tukiyat selaku Koordinator Lapangan Balai Besar TMC untuk operasi tersebut mengungkapkan bahwa pada Minggu 26 Januari 2020, dilakukan 2 (dua) sorti penerbangan dengan pesawat Cassa 212 A-2013 dan membawa bahan semai--setiap sorti 800 kilogram garam. Penerbangan pertama dilakukan pada pukul 10.35 WIB dengan daerah target penyemaian di bagian Utara dari Jabodetabek.
"Sorti kedua dilaksanakan pada pukul 14.00 WIB dengan target penyemaian di daerah Ujung kulon, karena pada siangnya ada unsur angin dari selatan dan barat," kata dia sambil menambahkan, "Setiap sorti terbang sekitar dua jam."
Prajurit TNI AU memasukkan tabung penampung garam atau console ke dalam Pesawat CN 295 sebelum melakukan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa, 7 Januari 2020. TEMPO/M Taufan Rengganis
Kedua pesawat itu, Tukiyat menerangkan, menuju daerah pertumbuhan awan Cumulus di pesisir untuk melakukan penyemaian dengan menggunakan garam (NaCl). Mengingat sifat bahan semai menyerap uap air, maka terjadi proses pertumbukan dan penggabungan membentuk droplet air sehingga proses hujan bisa jatuh, diharapkan sebelum mencapai Jakarta dan sekitarnya.
Sebelumnya, dalam diskusi di BPPT, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Thomas Djamaluddin menyampaikan empat catatan kritisnya atas pelaksanaan modifikasi cuaca hujan ekstrem untuk pengendalian banjir Jakarta dan sekitarnya. Dia mempertanyakan efektivitas atas upaya yang dilakukan sementara misi yang dijalankan tim TMC dinilainya amat berbahaya dengan gugusan awan raksasa yang menjulang hingga hitungan kilometer.
Situasinya, Thomas membandingkan, berbeda saat modifikasi cuaca diterapkan pada masa pancaroba dengan kondisi awan yang minim. Misi ini dianggapnya bisa lebih efektif. "Untuk pengisian waduk menjelang kemarau, operasi pemadaman karhutla di akhir kemarau, atau menghalau awan hujan dari suatu lokasi kegiatan besar seperti pesta olah raga," ujarnya.