TEMPO.CO, Jakarta - Komite Nasional Keselamatan Transportasi Amerika Serikat mengungkap detik-detik menjelang helikopter yang mengangkut sembilan orang, termasuk legenda NBA Kobe Bryant, jatuh dan meledak di Calabasas, California, Amerika Serikat, pada Minggu pagi 26 Januari 2020. Helikopter itu sempat meminta izin ke air traffic control terbang dalam kondisi cuaca dengan jarak pandang di bawah batas yang biasa diizinkan atau direkomendasikan.
Beberapa saat kemudian terekam percakapan terakhir kalau pilot helikopter itu mengabarkan mendaki untuk menghindari kabut. Ketika ditanya apa yang rencananya akan dilakukan, pilot tak menjawab lagi. Data radar menunjukkan helikopter itu mendaki 2.300 kaki lalu mengayun turun ke kiri. "Kontak radar terakhir terjadi sekitar pukul 9.45 pagi," kata anggota KNKT Amerika, Jennifer Homendy, Senin 27 Januari 2020, seperti dikutip dari CNN.
Permintaan izin untuk terbang dengan jarak pandang yang lebih pendek (under special visual flight rules) diminta saat helikopter di tengah penerbangan dari John Wayne Airport, di Orange County, menuju Burbank Airport di Thousand Oaks. Di lokasi tujuan itu, Kobe sejatinya menonton tim basket putri yang dilatihnya bertanding. Termasuk anggota tim itu adalah putri Kobe, Gianna (13). Gianna dan dua rekan satu timnya juga ada di helikopter nahas itu.
Tak ada korban selamat dari kecelakaan tersebut. Bangkai helikopter terserak dalam radius 500-600 kaki. "Ini kecelakaan yang mengerikan," kata Homendy saat melukiskan lokasi puing.
Juru bicara Kepolisian Los Angeles, Josh Rubenstein, menguatkan keterangan cuaca berkabut pada pagi helikopter itu celaka. Karena cuaca itu, dia mengatakan melarang seluruh helikopter milik kepolisian terbang pada pagi itu.
Homendy menambahkan, pilot seharusnya menjaga komunikasi dengan menara kontrol dan terus melapor ketika diizinkan meneruskan penerbangan pada pagi itu. Hal itu sempat dilakukan ketika pilot meminta terbang dipandu. Namun ATC melaporkan helikopter itu terbang terlalu rendah. "Sekitar empat menit kemudian pilot melporkan terbang mendaki menghindari kumpulan kabut."
Sebelumnya, raksasa di industri antariksa dan kontraktor proyek-proyek pertahanan, Lockheed Martin, berjanji menginvestigasi penyebab helikopter jatuh yang menewaskan eks superstar NBA dan legenda LA Lakers Kobe Bryant. Helikopter nahas itu memang bagian dari unit produksi Lockheed Martin, yakni Sikorsky S-76B. Helikopter ini adalah satu di antara seri S-76 yang debut pada 1977.
Kecelakaan bukan kali pertama ini terjadi. Sikorsky S-76 pernah jatuh di Kanada pada 2013, juga di Turki pada 2017. Meski begitu, catatan di situs Lockheed menyatakan seri helikopter ini sangat aman karena seluruhnya telah mencatat lebih dari 7,4 juta jam terbang.
Jurubicara Sikorsky, Callie Ferrari, kepada USA Today lewat surat elekronik, Minggu malam, menyatakan belum ada indikasi cacat atau gagal fungsi yang langsung terdeteksi sebagai penyebab helikopter Kobe Bryant jatuh ke tengah kabut lalu meledak. "Kami telah berkomunikasi dengan KNKT Amerika dan siap sedia membantu investigasi."
CNN