TEMPO.CO, Jakarta - Hingga Selasa malam, 28 Januari 2020, infeksi virus corona yang menyebar dari Wuhan di Provinsi Hubei, terus bertambah menjadi 5.974 kasus di seluruh Cina. Di antara jumlah itu, sebanyak 132 di antaranya berujung kematian dan 103 yang dipastikan sembuh kembali. Angka itu belum menghitung kasus yang sudah terkonfirmasi di 12 negara di luar Cina.
Sebagai catatan, jumlah kasus di seluruh Cina itu telah melampaui kejadian saat terjadi wabah SARS, sesama virus corona yang mematikan, pada 2002-2003 lalu. Wabah SARS mencapai 5.327 kasus dalam periode 1 November 2002 hingga 31 Juli 2003. Sedang kasus yang sekarang baru merebak sejak akhir Desember lalu.
Cepatnya kasus bertambah memicu dugaan kalau 2019-nCoV, virus corona baru asal Wuhan, memiliki daya tular yang lebih tinggi daripada yang semula diperkirakan. Ini disampaikan sendiri Menteri Kesehatan Cina Ma Xiaowei. "Penularan antar manusia sulit dibendung karena virus itu dapat menyebar bahkan sebelum gejala penyakitnya tampak," ujar Xiaowei seperti dikutip dari Newscientist, Senin, 27 Januari 2020.
Skala suatu wabah amat ditentukan seberapa cepat dan mudah virus ditularkan antar manusia, dan Natsuko Imai dkk di Imperial College, London, Inggris, mendapati data bahwa virus corona Wuhan bisa ditularkan seseorang kepada 1,5 sampai 3,5 orang lainnya. Mereka mengumpulkan data sejak awal wabah merebak hingga 18 Januari lalu.
Mirip dengan perkiraan Robin Thompson dari University of Oxford bahwa kemungkinan satu dari tiga orang yang membawa virus itu ke Inggris akan menularkannya kepada orang lain di negara ini. "Saya berharap perkiraan itu menjadi tidak relevan seiring negara-negara meningkatkan langkah-langkahnya untuk mengendalikan penyebaran virus," kata Thompson.
Thompson dan mungkin Natsuko Imai tak memperhitungkan asumsi virus itu bisa menular sebelum gejala penyakitnya muncul. Asumsi ini nampak pada riset Shi Zhao dari Chinese University of Hong Kong yang mendapati daya tular lebih tinggi dari virus corona Wuhan. Shi Zao mengumpulkan data yang lebih baru, yakni antara 10-21 Januari, dan memperkirakan bahwa setiap orang yang terinfeksi 2019-nCoV dapat menularkannya ke 3-5 orang lainnya.
Sedang untuk sifatnya yang mematikan, virus corona Wuhan sejauh ini teridentifikasi tak seganas SARS--sekalipun lebih lincah dalam penyebarannya. Angka kematian yang disebabkan 2019-nCoV sekitar 2,8 persen dari kasus yang dilaporkan, bandingkan dengan SARS yang 9,6 persen.
Namun, para peneliti memperingatkan terlalu dini untuk berlega hati.
"Kita masih dalam masa-masa awal wabah," kata Thompson. Dia menekankan kemampuan virus baru yang menyebar sangat cepat. "SARS butuh beberapa bulan untuk menyebabkan seribu kasus. Ini telah menyebabkan (hampir) 3000 kasus hanya dalam tiga minggu."
Belum lagi kemungkinan virus dapat bermutasi dalam tubuh manusia sehingga menjadi lebih menular atau mematikan. Namun, belum ada bukti untuk kecemasan yang terakhir ini. Fakta ini yang diduga melatari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan dalam konferensi pers pekan lalu bahwa virus itu tampaknya stabil. WHO masih menahan diri dari menyatakan status darurat kesehatan.
"Tapi ini ancaman kesehatan masyarakat yang sangat serius. Saya sangat khawatir dengan situasi saat ini," kata Thompson.
NEWSCIENTIST | CNBC