TEMPO.CO, Tangerang Selatan - Dalam Rakornas Integrasi Riset dan Inovasi Indonesia 2020 yang diadakan di Puspiptek, Tangerang Selatan, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengatakan tugas berat lima tahun ke depan yakni menghilirkan hasil riset dan mendekatkan sisi akademis dengan peneliti.
"Tidak hanya penelitian pengembangan apalagi penelitian dasar, tapi kita berbicara penelitian pengembangan, pengkajian dan penerapan. Jadi kalau pakai istilah rekan-rekan yang sudah sangat paham teknologi kita bicara seluruh tingkat kesiapan teknologi dari 1 sampai 9," katanya, Kamis 30 Januari 2020.
"Selain itu kita juga menjembatani peneliti, akademis dan pemerintah salah satunya, yakni kami di Kemenristek, ada dua bidang yang sangat menonjol dari segi kuantitas kegiatan penelitian dan tentunya pada biaya penelitian yang sudah dikeluarkan," ujarnya.
Dua itu, lanjut Bambang, adalah kesehatan dan pertanian. Untuk pertanian paling banyak mengenai pangan, sedangkan untuk kesehatan terutama pada obat yang memang manusia secara natural akan berupaya mencari jalan sebaik mungkin untuk menyehatkan dirinya.
"Yang jadi masalah kalau dari segi ekonomi yang namanya bahan baku obat dan alat kesehatan 90 persen masih impor, ini yang kemudian menimbulkan kegelisahan di banyak pihak tidak hanya penggunaannya tapi pada para pelakunya, terutama ilmuwan di bidang kedokteran dan juga farmasi," ungkapnya.
Baca Juga:
Sehingga lanjut Bambang, sangat wajar kalau kegiatan penelitian di bidang kesehatan khususnya obat dan juga alat kesehatan menjadi dominan.
"Mungkin nanti kalau Pak Menkes memberikan ulasan, ini saya mewakili yang saya lihat dari berbagai isu yang muncul ternyata masih besar gap antara sisi penelitian dengan sisi komersial sehingga banyak hasil penelitian yang belum menjadi komersial atau belum ada industri yang menghilirkan atau mengkomersilkan di bidang kesehatan," imbuhnya.
MUHAMMAD KURNIANTO