TEMPO.CO, Jakarta - Hari paling mematikan di Cina oleh wabah virus corona baru terjadi justru setelah pengumuman status darurat internasional oleh WHO. Pada hari pengumuman itu, Kamis 30 Januari 2020, sebanyak 40 pasien meninggal. Keesokan harinya, Jumat 31 Januari, lebih banyak lagi kasus fatal akibat infeksi virus yang sama yakni 46.
Pada Kamis, seluruh kematian terjadi di Provinsi Hubei atau provinsi di mana berlokasi kota pertama virus corona baru, 2019-nCoV, merebak, yakni Wuhan. Pada Jumat, kematian 45 dari 46 pasien berasal dari Hubei.
Secara keseluruhan, per Jumat itu, angka kematian akibat virus corona baru di Provinsi Hubei mencapai 249 dari total 259 di seluruh Cina.
Sementara kasus infeksinya mencapai 7.153 dari total di seluruh Cina sebanyak 11.791 kasus. Sebagai catatan, angka kasus infeksi ini sudah jauh melampaui kasus wabah SARS yang menginfeksi 8.098 orang di seluruh dunia (dan menewaskan 774) pada 2002-2003 lalu.
Kementerian Luar Negeri Cina menyatakan kalau negeri itu masih percaya akan mampu menanggulangi penyebaran virus corona tersebut. Dalam pernyataan tertulisnya, jurubicara kementerian itu, Hua Chunying, mengatakan kalau Cina telah sejak awal virus itu merebak sebagai wabah telah mengambil langkah-langkah yang tegas untuk melindungi kesehatan masyarakat.
Petugas kepolisian berjaga-jaga di pos pemeriksaan Jembatan Sungai Jiujiang Yangtze yang melintasi dari provinsi Hubei di Jiujiang, provinsi Jiangxi, Cina, 31 Januari 2020. Kendaraan bermotor dilarang melintasi jembatan ini karena semakin menyebarnya wabah virus corona. REUTERS/Thomas Peter
"Banyak langkah itu di atas standar WHO. Kami memiliki keyakinan dan kemampuan untuk memenangkan pertarungan melawan epidemi ini," kata dia, Kamis 30 Januari 2020.
Pemerintah Cina memang telah mengambil keputusan besar di antaranya mengisolasi sejumlah besar kota di Hubei, menutup sebagian perbatasannya dengan Hong Kong, dan memperpanjang musim liburan Imlek. Keputusan itu diketahui bisa melemahkan perekonomian negara itu yang sudah lebih dulu terpukul karena perang dagang dengan AS.
Belum jelas apakah ada kebijakan baru dari Pemerintah Cina dengan kebanyakan warganya yang akan kembali ke rutinitas pekerjaan pada Senin 3 Februari nanti. Jika tidak ada, bagaimana mereka akan mengatasi potensi penyebaran virus yang lebih parah.
Saat ini sendiri para ahli kesehatan telah memperkirakan kalau jumlah kasus yang dilaporkan dan terkonfirmasi lebih sedikit daripada yang sebenarnya terjadi. Tim peneliti di Imperial College London menghitung, sedikitnya 4.000 orang sudah terinfeksi di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, pada 18 Januari lalu, atau hampir seminggu sebelum kota itu diisolasi.
Menurut pemodelan yang dikembangkan tim peneliti itu, angka 20 ribu kasus infeksi yang kemudian diumumkan pemerintah Cina pada akhir Januari lalu bisa jadi sebenarnya 100 ribu.
Zhong Nanshan, seorang ahli penyakit pernapasan terkemuka di Cina, juga pahlawan dalam penanggulangan SARS, memperhitungkan puncak wabah virus corona baru akan terjadi dalam sepuluh hari ke depan. "Klimaks kemudian tidak akan ada lagi peningkatan kasus yang besar," katanya, Kamis.
Pertanyaannya sekarang, kalau isolasi masih diberlakukan Senin depan, berapa lama negeri itu akan menanggung beban ekonominya, dan bagaimana kebanyakan warganya bisa bertahan tanpa kembali bekerja?
CNN | CNBC