TEMPO.CO, Bandung - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG mencatat jumlah aktivitas gempa tektonik di Indonesia sepanjang Januari 2020 menurun dibanding Desember 2019. Sepanjang Januari lalu hanya didominasi gempa kecil, dan cuma sekali kejadian gempa merusak yakni di Pulau Simeulue.
“Beberapa rumah rusak ringan karena gempa di Simeulue,” kata Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, lewat keterangan tertulis, Minggu 2 Februari 2020
Gempa merusak itu bermagnitudo 6,4 pada 7 Januari 2020. Penyebabnya, ujar Daryono, akibat aktivitas subduksi lempeng di zona megathrust.
Secara total, aktivitas gempa tektonik di wilayah Indonesia pada Januari 2020 berdasarkan hasil pemantauan BMKG sebanyak 518 kali dalam berbagai variasi magnitudo dan kedalaman. Sebanyak 500 gempa diantaranya tergolong gempa kecil. “Gempa kecil itu magnitudo kurang dari 5,0,” ujarnya.
Adapun jumlah gempa pada Desember 2019 total mencapai 691 kejadian. Berdasarkan zona aktif sepanjang Desember dan Januari tersebut, BMKG mendata ada delapan kluster atau sebaran sumber gempa yang berpotensi terus aktif hingga Februari 2020.
Pusat gempa magnitudo 4,9 di laut 73 Km Barat Daya Simeulue, Aceh, Selasa, 2 Juli 2019. (BMKG)
“Ini bisa jadi sampai Februari masih ada, tetapi bisa jadi pula ada kluster yang berubah tidak aktif atau bergeser ke zona lain,” kata Daryono sebelumnya.
BMKG mendata kedelapan kluster sumber gempa kecil itu ada di daerah Nias, Simeulue, kemudian Bengkulu sebagai kluster yang pertama. Lalu Jawa Barat menjadi kluster tersendiri. Kelompok gempa di Bali, Lombok, Sumba di kelompokkan sebagai kluster ketiga. Kluster lain di Gorontalo, Laut Maluku, Ambon, Banda, dan Mamberamo Papua.
“Zona aktif yang masih bertahan seperti di Lombok, Ambon, dan Mamberamo," kata Daryono sambil menambahkan, "Namun demikian ada zona aktif yang cepat berakhir tanpa terjadi gempa kuat.”