TEMPO.CO, Bandung - Tim Corona dari Kelompok Keahlian Genetika dan Bioteknologi Molekuler Institut Teknologi Bandung (ITB) menyampaikan beberapa kesimpulan soal Novel Corona Virus atau biasa disebut virus corona dan kasusnya. Azzania Fibriani dari tim itu mengatakan virus itu lebih cepat menular daripada MERS dan SARS.
"Tapi kasus kematiannya lebih rendah," katanya di seminar tentang virus Corona dalam perspektif media dan bioteknologi molekuler di ITB Rabu 5 Februari 2020.
Menurutnya, kasus kematian MERS (Middle East Respiratory Syndrome) mencapai 34 persen dari jumlah pasien, sementara SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome tingkat kematiannya 10 persen.
Kedua jenis penyakit yang menyerang saluran pernafasan itu akibat terinfeksi virus Corona jenis lain. "Kalau Novel Corona Virus sekarang tingkat mematikannya 2 persen," ujar Azzania.
Novel Corona Virus pada manusia menurutnya 96 persen mirip dengan virus serupa pada kelelawar. "Temuannya pada pasien di Wuhan," katanya. Nama virusnya yang diidentifikasi pada kelelawar itu bernama Bat CoV RaTG13.
Di dalam tubuh manusia virus tersebut memperbanyak diri antara lain dengan menyedot nutrisi. Akibatnya orang kekurangan energi. "Jadi bisa sakit," kata Azzania. Replikasi sel virus itu sementara ini diketahui dalam waktu tiga hari.
Dari riset yang telah dilakukan, Novel Corona Virus ditemukan pada cairan paru-paru pasien pada hari ketujuh. Namun pada hari ke-18 ada penurunan jumlah virus. Keberadaan virus itu juga tidak ditemukan pada apusan oral, apusan anal, dan sampel darah.
"Apakah saat itu virusnya sudah pergi atau orangnya sehat, kita belum tahu," kata Azzania. Hasil sementara itu dari jurnal peneliti di luar negeri yang belum komplet.
ANWAR SISWADI