TEMPO.CO, Jakarta - Wabah virus corona baru dari Wuhan, Cina, belum juga menunjukkan tanda-tanda mereda. Per hari ini, Senin 10 Februari 2020, virus itu telah menginfeksi sedikitnya 40.171 orang di daratan Cina dan menyebabkan 908 kematian dari total 910 kematian di seluruh dunia.
Pertumbuhan jumlah kasus hariannya per Senin pagi waktu setempat pun memecahkan rekor tertinggi, yakni 15 persen. Ini belum menghitung 300 kasus lainnya yang telah terkonfirmasi di luar daratan Cina.
Khusus untuk angka kematian yang disebabkannya, virus corona baru 2019-nCoV kini tercatat telah melampaui dampak mematikan dari virus SARS yang pernah mewabah pada 2002-2003 lalu. Wabah SARS, menurut data WHO, membunuh 774 orang.
Jauh sebelum dunia modern, umat manusia telah bergulat dengan banyak macam virus penyakit mematikan. Sebagian virus kini telah berhasil dikendalikan lewat temuan vaksin dan obat-obatan antivirusnya. Mereka yang sakit pun bisa disembuhkan.
Tapi untuk sebagian virus lain, masih menjadi ancaman dan bahkan berkembang lebih mematikan. Berikut ini sembilan virus paling mematikan di muka Bumi ini selain virus corona baru yang sedang mewabah dari Wuhan. Penentuan dibuat berdasarkan tingkat kematian pasiennya yang terinfeksi, jumlah mereka yang telah meninggal karenanya, dan apakah virus-virus itu masih berkembang mengancam.
1. VIRUS MARBURG
Para ilmuwan mengidentifikasi virus jenis ini pada 1967, ketika satu wabah kecil terjadi di antara para pekerja laboratorium di Jerman setelah mereka terpapar dari monyet yang dibawa dari Uganda. Virus Marburg sama seperti Ebola menyebabkan demam yang disertai pendarahan, artinya setiap orang yang terinfeksi bisa mengalami demam tinggi dan pendarahan di seluruh tubuhnya yang bisa menyebabkan syok, gagal fungsi organ, dan kematian.
Tingkat kematian yang disebabkan dalam wabah pertamanya itu terukur sebesar 25 persen. Tapi melonjak jadi 80 persen saat mewabah di Republik Demokratik Kongo 1998-2000, juga saat mewabah di Angola pada 2005.
2. VIRUS EBOLA
Kemunculan pertama virus Ebola diketahui dalam kasus wabah yang terjadi berturut-turut di Sudan dan Republik Demokratik Kongo pada 1976. Ebola menyebar lewat kontak darah atau cairan tubuh lainnya, atau dari jaringan luka korban yang terinfeksi, manusia maupun hewan. Sejumlah turunan virus ini memiliki sifat mematikan yang bervariasi. Satu di antaranya, Ebola Reston, misalnya, tidak membuat orang yang diinfeksinya sakit. Tapi tidak jika terinfeksi Ebola bundibugyo. Tingkat kematian turunan virus yang satu itu bisa sampai 71 persen seperti yang terjadi dalam wabah di Sudan.
Seorang perawat membawa bayi yang dicurigai terinfeksi virus Ebola di rumah sakit di Oicha, Provinsi Kivu Utara Republik Demokratik Kongo, 6 Desember 2018. Virus ebola yang menyebabkan pendarahan parah, kegagalan organ, dan dapat menyebabkan kematian. REUTERS/Goran Tomasevic
3. VIRUS RABIES
Vaksin untuk infeksi virus rabies sudah ditemukan dan tersedia sejak 1920-an dan telah menolong memberantas virus ini di negara-negara maju. Tapi untuk negara-negara seperti India dan di Afrika, virus ini masih menjadi ancaman serius. "Infeksi virus ini merusak otak, karenanya ini penyakit yang benar, benar jelek," kata Elke Muhlberger, pakar virus Ebola dan profesor mikrobiologi di Boston University, AS.
Muhlberger menerangkan, sudah ada vaksin dan antibodi untuk kasus-kasus infeksi virus rabies sehingga jika ada seseorang yang digigit hewan dan tertular virus itu bisa segera tertolong. "Tapi jika orang itu tidak segera mendapatkan pertolongan itu, sudah pasti 100 persen orang itu akan mati."
Wabah virus ini yang terjadi Afrika Barat pada 2014 lalu tercatat sebagai yang terbesar dan wabah penyakit terkompleks, menurut WHO.