TEMPO.CO, Bandung - Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Provinsi Jawa Barat menyatakan penyebab longsor di sisi jalan tol Cipularang Km 118 akibat rembesan air dari kubangan sawah di seberang lokasi longsor. Kesimpulan ini tertuang dalam laporan tertulis BPBD Jabar Ahad 16 Februari 2020.
Dalam laporan itu disebutkan kalau petugas telah menguras genangan namun masih tersisa lumpur sedalam tiga meter. Selanjutnya mencari jalur gorong-gorong yang tersumbat untuk dikeruk.
Jasa Marga, pengelola jalan tol itu, dalam laporannya juga menyebutkan berencana membuat tanggul untuk mencari titik gorong-gorong yang tersumbat dengan mendatangkan empat unit alat berat. Selain itu direncanakan pengerjaan penguatan tanggul longsoran dan menyediakan tiga unit pompa untuk menyedot air.
Peneliti tanah longsor dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Adrin Tohari menyatakan penyebab itu baru hipotesa atau dugaan awal. “Perlu dilakukan penelitian atau studi lebih detil,” katanya kepada Tempo.
Hipotesa Adrin berdasarkan fakta temuan dan informasi di lapangan, longsoran di sisi jalan tol Cipularang Km 118 itu kemungkinan dikontrol oleh aliran air di dalam lereng timbunan dari longsor yang terjadi sebelumnya.
Pada sisi kiri jalan tol arah ke Bandung memang ada genangan air yang membentuk kolam besar. BPBD menyebutnya kubangan sawah. Itu dilaporkan akibat longsoran yang menutup gorong-gorong di bawah jalan tol. Longsoran itu terjadi Desember 2019 di lahan persawahan milik penduduk.
Sementara longsoran terbaru pada Selasa malam, 11 Februari 2020, terjadi di seberang titik longsor pertama. Tepatnya di sisi kiri jalan tol arah ke Jakarta. Dua titik longsor itu terpisah ruas jalan tol.
Cara mengatasinya kata Adrin, memang dengan menguras genangan air di sisi lereng samping jalan tol yang ke arah Bandung. Kemudian melakukan evaluasi kestabilan lereng pada kondisi saat ini berdasarkan investigasi geoteknik.
“Perlu juga dilakukan investigasi geofisika untuk mengetahui apakah ada aliran air atau zona jenuh air di dalam timbunan longsor terbaru,” ujarnya Sabtu 15 Februari 2020.
Dari hasil kedua investigasi, menurut peneliti LIPI ini, bisa menjadi acuan desain penguatan lereng jangka panjang yang sesuai. Misalnya pemasangan tiang pancang atau bor, penimbunan dengan pemadatan kembali lereng yang longsor, dan konstruksi drainase permukaan dan bawah permukaan.