Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Radiasi Nuklir di Perumahan Batan, Hujan Hambat Dekontaminasi

image-gnews
Tim Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) bersama Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) melakukan Dekontaminasi terhadap temuan paparan tinggi radioaktif di Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Minggu, 16 Febrauri 2020. Dekontaminasi dilakukan dengan mengambil tanah dan tumbuhan yang terpapar radioaktif untuk dibawa ke Lab Nuklir untuk mengetahui tingkat keamanan paparan tinggi radioaktif di kawasan tersebut. ANTARA
Tim Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) bersama Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) melakukan Dekontaminasi terhadap temuan paparan tinggi radioaktif di Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Minggu, 16 Febrauri 2020. Dekontaminasi dilakukan dengan mengambil tanah dan tumbuhan yang terpapar radioaktif untuk dibawa ke Lab Nuklir untuk mengetahui tingkat keamanan paparan tinggi radioaktif di kawasan tersebut. ANTARA
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Hujan lebat menghentikan proses ekskavasi di sebidang tanah yang terpapar unsur radioaktif hasil reaksi nuklir di perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan, Senin siang 17 Februari 2020. Pengerukan tanah sejatinya masih berlanjut karena tingkat radiasi, meski terus menurun, tapi masih terukur di atas normal.

Hujan turun saat tim usai ekskavasi pada Senin pagi dan akan berlanjut ke sesi dua pada Senin siang. "Kami kan juga harus memperhatikan keselamatan petugas," kata Kepala Biro Hukum, Kerja Sama dan Komunikasi Publik Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Indra Gunawan, saat dihubungi Senin sore. 

Pengerukan, Indra menerangkan, dilakukan bertahap di setiap kedalaman 10 sentimeter tanah. Urukan tanah lalu dimuat ke dalam drum-drum untuk dikirim ke laboratorium Pusat Teknologi Limbah Radiasi milik Badan Tenaga Nuklir atau Batan. Sementara di lokasi dilakukan pengukuran untuk memastikan radiasi terus berkurang.

Indra meyakinkan tingkat radiasi di lokasi sudah terus berkurang. "Sebagai ilustrasi kami telah melepas perimeter terluar," katanya menunjuk pita kuning yang sebelumnya membatasi sebidang tanah seluas sekitar 10x10 meter persegi di Perumahan Batan Indah.

Indra menjelaskan, upaya dekontaminasi akan terus dilakukan sampai tingkat radiasi terukur normal di angka 0,02-0,05 mikrosievert per jam. Adapun sumber material radioaktif telah diungkap sebelumnya berupa serpihan Cesium 137--logam yang dihasilkan lewat reaksi fisi nuklir--yang terikat dengan tanah.

Sebelumnya, Kepala Biro Hukum, Humas, dan Kerja Sama Batan, Heru Umbara, proses 'clean up' akan terus dilakukan hingga 20 hari. Dia mengklaim per akhir pekan lalu--sejak pertama ditemukan 31 Januari lalu pengerukan tanah pertama 7-8 Februari lalu--didapatkan penurunan paparan radiasi sebesar 30 persen dari 149 mikrosievert per jam.

"Pengecekan terakhir dilakukan pada Sabtu dinihari 98,9 mikrosievert per jam," katanya, Sabtu 15 Februari 2020. Itu artinya masih sekitar 2000 kali lipat dari ambang normal.

Tapi Heru mengimbau agar warga sekitar tak perlu panik. Dia meminta warga untuk beraktivitas seperti biasa asal tak masuk ke dalam area yang telah diberi tanda terkontaminasi. Adapun kejadian ini, menurut Heru, sudah ditangani pihak yang berkompeten.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Paparan radiasi ini bila dikelola dengan baik tidak akan membahayakan keselamatan warga," ucap dia.

Seorang jurnalis foto memotret lokasi ditemukannya paparan tinggi radioaktif di Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Jumat, 14 Februari 2020. Tim uji fungsi Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETAN) menemukan nilai radioaktivitas lingkungan dengan laju paparan terukur signifikan di atas nilai normal. ANTARA

Berdasarkan literatur yang ada di laman epa.gov, situs milik Badan perlindungan Lingkungan AS, paparan radiasi Cs-137 bisa meningkatkan risiko kanker karena radiasi energi gamma-nya yang tinggi. Apabila terhirup atau tertelan, Cs-137 disebutkan bisa terdistribusi ke dalam jaringan tubuh yang halus, terutama jaringan otot. Itu yang menyebabkan risiko kanker meningkat.

Logam yang dihasilkan dari reaksi fisi nuklir ini juga disebutkan mudah larut dalam air dan mudah pula tersebar di udara. Cesium terikat kuat di tanah atau padatan tapi biasanya hanya di bagian permukaan atau tak jauh dari sana. "Tanaman yang tumbuh di atas tanah yang terkontaminasi mungkin menyerapnya juga."

Cesium-137 biasa digunakan dalam jumlah kecil untuk kepentingan kalibrasi perangkat deteksi radiasi. Sedang dalam jumlah yang lebih banyak digunakan di bidang medis yaitu terapi radiasi penyakit kanker. Atau di bidang industri untuk mendeteksi pergerakan cairan di jaringan pipa-pipanya. Biasa juga di industri kertas untuk mengukur ketebalan. 

    

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dua Orang Dekat Pangeran William Mengidap Kanker, Ini 7 Jenis Kanker Mematikan di Dunia

2 hari lalu

Pangeran William dan Kate Middleton terlihat bersama pada Senin, 11 Maret 2024 usai operasi perut yang dilakukan Putri Wales , Januari lalu. Foto: Bruce Bennet via Daily Mail.
Dua Orang Dekat Pangeran William Mengidap Kanker, Ini 7 Jenis Kanker Mematikan di Dunia

Kanker jadi penyebab kematian paling tinggi di dunia setelah jantung dan stroke, dua orang dekat Pangeran William terkena penyakit itu.


3 Fakta Kanker Karena Faktor Keturunan, Cara Mendeteksi dan Tips Mencegahnya

2 hari lalu

Ilustrasi Kanker paru-paru. Wikipedia
3 Fakta Kanker Karena Faktor Keturunan, Cara Mendeteksi dan Tips Mencegahnya

Ada sejumlah cara untuk mengetahui apakah Anda memiliki gen kanker yang diwariskan atau tidak.


Muncul ke Publik Pertama Kali, Raja Charles III Siap Hadiri Acara Paskah

2 hari lalu

Jenis kanker yang diidap Raja Charles belum diungkap. Sel kanker itu ditemukan saat Raja menjalani pengobatan pembesaran prostat baru-baru ini. Namun, menurut kabar, kanker yang diderita Raja Charles bukan kanker prostat. REUTERS/Toby Melville
Muncul ke Publik Pertama Kali, Raja Charles III Siap Hadiri Acara Paskah

Istana Buckingham mengkonfirmasi Raja Charles III bersama Camila akan menghadiri acara paskah pada 31 Maret 2024.


5 Pesohor Yang Mengidap Kanker Seperti Kate Middleton

2 hari lalu

Kylie Minogue. AP/Shizuo Kambayashi
5 Pesohor Yang Mengidap Kanker Seperti Kate Middleton

Kate Middleton menambah jumlah pesohor yang mengalami kanker.


Ayah dan Istri Sakit Kanker, Sejarawan Komentari Kondisi Pangeran William

2 hari lalu

Pangeran William menemani Putri Charlotte, dan Pangeran Louis menghadiri acara penyambutan bagi murid baru di Lambrook School, Berkshire, Inggris, 7 September 2022. Keluarga tersebut telah pindah ke Adelaide Cottage di Windsor Home Park, yang terletak di sebelah timur Kastil Windsor dan di wilayah Berkshire di Inggris. Jonathan Brady/Pool via REUTERS
Ayah dan Istri Sakit Kanker, Sejarawan Komentari Kondisi Pangeran William

Pangeran William mengkhawatirkan kondisi ayah, istri dan anak-anaknya, namun dia diprediksi sangat tabah.


Profesor ITS Kembangkan Cat Pengecoh Radar dari Pasir Erupsi Gunung Semeru

2 hari lalu

Sejumlah kapal perang Republik Indonesia (KRI) yang tergabung dalam Latihan Operasi Amfibi (Latopsfib) TNI Angkatan Laut (AL) 202i  di Dabo Singkep, Kepulauan Riau. TNI AL mengerahkan 33 kapal perang, 16 pesawat udara, 39 material tempur Korps Marinir, dan 4.300 prajurit dalam latihan tersebut. Foto : TNI
Profesor ITS Kembangkan Cat Pengecoh Radar dari Pasir Erupsi Gunung Semeru

Guru besar dari ITS membuat bahan pelapis antiradar untuk alat pertahanan. Terinspirasi dari armada asing yang mampir ke Indonesia tanpa terdeteksi.


5 Tanda Anda Harus Jalani Kolonoskopi sebelum Berumur 45 Tahun

3 hari lalu

Ilustrasi kanker usus besar. shutterstock
5 Tanda Anda Harus Jalani Kolonoskopi sebelum Berumur 45 Tahun

Dengan kenaikan kasus kanker kolorektal pada orang muda, mereka yang berusia di bawah 45 tahun pun disarankan melakukan kolonoskopi.


3 Gejala Umum Kanker Ginjal, Penting untuk Deteksi Dini

4 hari lalu

Ilustrasi ginjal. Shutterstock
3 Gejala Umum Kanker Ginjal, Penting untuk Deteksi Dini

Ada tiga gejala yang perlu diwaspadai terkait kanker ginjal. Pasalnya, kebanyakan pasien tak merasakan gejala sehingga penting mengetahui tandanya.


4 Tahun Lalu Ibunda Jokowi Berpulang, Ini Nasihat Sudjiatmi Notomiharjo untuk Putranya

4 hari lalu

Joko Widodo atau Jokowi berfoto bersama ibunya, Sudjiatmi Notomihardjo, di Jakarta Selatan, Kamis, 20 September 2012. Ibunda Presiden Jokowi, Sudjiatmi Notomihardjo, meninggal di Solo pada Rabu, 25 Maret 2020 pukul 16.45 WIB. Dok TEMPO/Dhemas Reviyanto
4 Tahun Lalu Ibunda Jokowi Berpulang, Ini Nasihat Sudjiatmi Notomiharjo untuk Putranya

Tepat 4 tahun lalu, ibu Jokowi meninggal dunia di usia yang ke-77 karena penyakit kanker


Mengenal Multiple Myeloma, Kanker Darah yang Menyerang Sel Plasma

4 hari lalu

Dr. dr. Jeffry Beta Tenggara Sp.PD-KHOM dalam edukasi bertajuk Webinar Awam Untuk Tingkatkan Kesadaran Akan Penyakit Multiple Myeloma oleh Johnson & Johnson Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Kanker Indonesia dan dihadiri oleh sekitar 80 peserta pada Sabtu 23 Maret 2024/Johnson & Johnson
Mengenal Multiple Myeloma, Kanker Darah yang Menyerang Sel Plasma

Multiple myeloma juga dikenal sebagai kanker darah terbanyak di dunia setelah leukemia.