TEMPO.CO, Jakarta - Hujan lebat menghentikan proses ekskavasi di sebidang tanah yang terpapar unsur radioaktif hasil reaksi nuklir di perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan, Senin siang 17 Februari 2020. Pengerukan tanah sejatinya masih berlanjut karena tingkat radiasi, meski terus menurun, tapi masih terukur di atas normal.
Hujan turun saat tim usai ekskavasi pada Senin pagi dan akan berlanjut ke sesi dua pada Senin siang. "Kami kan juga harus memperhatikan keselamatan petugas," kata Kepala Biro Hukum, Kerja Sama dan Komunikasi Publik Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Indra Gunawan, saat dihubungi Senin sore.
Pengerukan, Indra menerangkan, dilakukan bertahap di setiap kedalaman 10 sentimeter tanah. Urukan tanah lalu dimuat ke dalam drum-drum untuk dikirim ke laboratorium Pusat Teknologi Limbah Radiasi milik Badan Tenaga Nuklir atau Batan. Sementara di lokasi dilakukan pengukuran untuk memastikan radiasi terus berkurang.
Indra meyakinkan tingkat radiasi di lokasi sudah terus berkurang. "Sebagai ilustrasi kami telah melepas perimeter terluar," katanya menunjuk pita kuning yang sebelumnya membatasi sebidang tanah seluas sekitar 10x10 meter persegi di Perumahan Batan Indah.
Indra menjelaskan, upaya dekontaminasi akan terus dilakukan sampai tingkat radiasi terukur normal di angka 0,02-0,05 mikrosievert per jam. Adapun sumber material radioaktif telah diungkap sebelumnya berupa serpihan Cesium 137--logam yang dihasilkan lewat reaksi fisi nuklir--yang terikat dengan tanah.
Sebelumnya, Kepala Biro Hukum, Humas, dan Kerja Sama Batan, Heru Umbara, proses 'clean up' akan terus dilakukan hingga 20 hari. Dia mengklaim per akhir pekan lalu--sejak pertama ditemukan 31 Januari lalu pengerukan tanah pertama 7-8 Februari lalu--didapatkan penurunan paparan radiasi sebesar 30 persen dari 149 mikrosievert per jam.
"Pengecekan terakhir dilakukan pada Sabtu dinihari 98,9 mikrosievert per jam," katanya, Sabtu 15 Februari 2020. Itu artinya masih sekitar 2000 kali lipat dari ambang normal.
Tapi Heru mengimbau agar warga sekitar tak perlu panik. Dia meminta warga untuk beraktivitas seperti biasa asal tak masuk ke dalam area yang telah diberi tanda terkontaminasi. Adapun kejadian ini, menurut Heru, sudah ditangani pihak yang berkompeten.
"Paparan radiasi ini bila dikelola dengan baik tidak akan membahayakan keselamatan warga," ucap dia.
Seorang jurnalis foto memotret lokasi ditemukannya paparan tinggi radioaktif di Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Jumat, 14 Februari 2020. Tim uji fungsi Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETAN) menemukan nilai radioaktivitas lingkungan dengan laju paparan terukur signifikan di atas nilai normal. ANTARA
Berdasarkan literatur yang ada di laman epa.gov, situs milik Badan perlindungan Lingkungan AS, paparan radiasi Cs-137 bisa meningkatkan risiko kanker karena radiasi energi gamma-nya yang tinggi. Apabila terhirup atau tertelan, Cs-137 disebutkan bisa terdistribusi ke dalam jaringan tubuh yang halus, terutama jaringan otot. Itu yang menyebabkan risiko kanker meningkat.
Logam yang dihasilkan dari reaksi fisi nuklir ini juga disebutkan mudah larut dalam air dan mudah pula tersebar di udara. Cesium terikat kuat di tanah atau padatan tapi biasanya hanya di bagian permukaan atau tak jauh dari sana. "Tanaman yang tumbuh di atas tanah yang terkontaminasi mungkin menyerapnya juga."
Cesium-137 biasa digunakan dalam jumlah kecil untuk kepentingan kalibrasi perangkat deteksi radiasi. Sedang dalam jumlah yang lebih banyak digunakan di bidang medis yaitu terapi radiasi penyakit kanker. Atau di bidang industri untuk mendeteksi pergerakan cairan di jaringan pipa-pipanya. Biasa juga di industri kertas untuk mengukur ketebalan.