TEMPO.CO, Jakarta - Tidak perlu mengevakuasi warga Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan, pasca temuan radiasi zat radioaktif di lingkungan permukiman itu. Alasannya, ancaman dari tingkat radiasi yang terukur tidak signifikan dan saat ini sudah turun drastis.
"Tidak perlu evakuasi, itu diperkuat oleh statement Menteri Kesehatan juga hari ini bahwa tidak perlu evakuasi," kata Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Jazi Eko Istiyanto dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Riset dan Teknologi, Jakarta, Selasa 18 Februari 2020.
Pada awal ditemukan 31 Januari 2020, dia menjelaskan, paparan radiasi diukur sebesar 200 mikrosievert per jam. Sedang pada Senin sore, 18 Februari 2020, setelah serangkaian dekontaminasi berupa pengangkatan lapisan tanah serta vegetasi, tingkat radiasi di area temuan menurun menjadi 28 mikrosv per jam.
Saat ini, kata Jazi, Bapeten bersama Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dan Pemerintah Kota Tangerang Selatan masih terus melakukan dekontaminasi. Sumber radiasi juga telah teridentifikasi logam Cesium 137 dan telah diangkat.
Jazi memastikan, logam hasil reaksi fisi nuklir itu adalah bahan radioaktif tunggal yang menjadi sumber paparan radiasi yang ditemukan di lingkungan Perumahan Batan Indah. "Tidak ada bahan radioaktif lain ditemukan saat dilakukan deteksi dan penelusuran di wilayah itu," katanya.
Tim Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) bersama Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) melakukan Dekontaminasi terhadap temuan paparan tinggi radioaktif di Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Minggu, 16 Februari 2020. Dekontaminasi dilakukan dengan mengambil tanah dan tumbuhan yang terpapar radioaktif untuk dibawa ke Lab Nuklir untuk mengetahui tingkat keamanan paparan tinggi radioaktif di kawasan tersebut. ANTARA
Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany mengatakan di area Perumahan Batan Indah itu ada sebanyak 21 rukun tetangga (RT) dengan hampir 1.000 kepala keluarga (KK). Seluruhnya sebanyak 5.000-an warga tinggal di kompleks itu, dan 1.600-an di anatranya merupakan anak-anak.
Airin berharap nilai paparan radiasi radioaktif terus berkurang hingga akhirnya mencapai ambang batas normal, 0,02-0,05 mikrosv per jam.
Paparan radiasi pertama kali diketahui oleh sensor bahan radioaktif saat pihak Bapeten melakukan pemantauan radioaktivitas lingkungan di Perumahan Batan Indah.