TEMPO.CO, Bandung - Dinding penahan lereng atau turap Jalan Raya Limbangan di Cijolang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, rontok bersamaan dengan gempa. Longsor itu terjadi pasca gempa bermagnitudo 4,9 yang mengguncang sebagian Sukabumi hingga Pangandaran Jumat pagi 21 Februari 2020 pukul 07.57 WIB.
“Pemicunya gempa, sedang faktor penyebabnya itu kualitas konstruksi,” kata Adrin Tohari, ahli dan peneliti longsor dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Bandung, Jumat siang.
Dari rekaman video amatir yang merekam detik-detik turap itu ambrol, Andri menyebutkan kalau seharusnya konstruksi turap tinggi perlu dilakukan perkuatan tulangan konstruksi yang sesuai. Apa yang terjadi di Cijolang, Garut, kata dia, longsor turap itu pada lereng kupasan.
"Pasca longsor itu situasinya jadi berbahaya," katanya memperingatkan. Dia menambahkan, "Karena lereng menjadi terbuka terhadap infiltrasi air hujan."
Solusinya sementara tebing itu perlu ditutup dengan terpal agar air hujan tidak masuk ke tanah lereng. Selain itu, menurut Adrin, perlu dilakukan pemantauan terhadap potensi pergerakan lereng selama konstruksi turap belum diperbaiki dengan yang lebih kokoh. “Perlu desain turap dengan beton dan tulangan, kombinasi soil nailing juga,” katanya.
Sejumlah petugas memantau lokasi tebing longsor di jalan nasional kawasan Limbangan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat, 21 Februari 2020. Tebing longsor setelah terjadi gempa. (ANTARA/HO BPBD Garut)
Gempa tektonik berkekuatan 4,9 Magnitudo mengguncang wilayah Jawa Barat bagian selatan Jumat pagi 21 Februari 2020. Lindu yang muncul pada pukul 07.57 itu berasal dari laut. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan gempa itu tidak berpotensi tsunami.
Menurut keterangan tertulis Kepala BBMKG Wilayah II Tangerang Hendro Nugroho, pusat sumber gempa atau episentrum terletak pada koordinat 8,17 LS dan 107,50 BT. “Tepatnya berlokasi di laut pada jarak 112 kilometer barat daya Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat,” ujarnya.
Sumber gempa berkedalaman 11 kilometer atau tergolong gempa dangkal. “Akibat aktivitas zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia,” kata dia.
Dampak gempa berupa guncangan berdasarkan laporan masyarakat terasa di Garut, Tasikmalaya hingga Pangandaran. Skala intensitas gempanya berkisar II-III MMI (benda bergantung bergoyang). Gempa juga terasa di wilayah Sukabumi dengan skala yang sama.