TEMPO.CO, Jakarta - Hubungan dagang dan kedekatan Rusia-Cina sempat terusik pada akhir 2019 lalu. Saat itu industri pertahanan Rusia, Rostec, menuduh Cina telah menjiplak secara ilegal banyak teknologi persenjataan dan perangkat keras militer Rusia lainnya.
Satu di antara yang dituding dicuri Cina dari Rusia adalah teknologi jet tempur Sukhoi. Cina disebut membeli jet tempur Sukhoi Su-27--jet tempur bermesin kembar dengan kemampuan supermanuver--kemudian menggunakannya sebagai template atau model untuk pengembangan jet tempur bikinannya sendiri, J-11.
Lewat strategi reverse engineering ala Cina, jet tempur Shenyang J-11 akhirnya dikenal sebagai salinan sempurna dari Su-27 dan masuk dalam jajaran pesaing dari F-14 Tomcat dan F-15 Eagle bikinan Amerika. Shenyang Aerospace Corporation bahkan mulai memproduksi massal pesawat tempur superioritas udara generasi keempat J-11B sebagai peningkatan dari Su-27 mulai pertengahan 1990-an lalu.
Badan J-11B masih menyerupai Su-27 asli, namun avionik, sensor dan sistem peperangan elektronik telah dikembangkan. Kemudian batch produksi juga mengintegrasikan mesin turbofan WS-10A asli sebagai pengganti AL-31F Rusia.
Pesawat Jet Tempur Su-27 Rusia. AP/Sergei Venyavsky
Sedang J-11D akan mengintegrasikan banyak peningkatan serupa, termasuk mesin vectoring dorong tiga dimensi yang baru-baru ini diuji pada J-10. Lainnya, penampang radar yang mengurangi profil frontal, daya dukung rudal yang diperbesar dan sistem peperangan elektronik.
J-11D bahkan dirancang untuk menjadi jauh lebih canggih dari Sukhoi Su-35. Jet Cina diperkirakan menggunakan bahan komposit lebih banyak untuk badan pesawat yang lebih kuat dan ringan.
Namun perbedaan yang paling menonjol antara kedua desain adalah bahwa J-11D akan mengintegrasikan radar miniatur yang dipindai secara elektronik (AESA). Untuk teknologi itu J-11D khusus mengadaptasinya dari pesawat tempur F-2 Jepang dan F-22 Amerika.
NATIONAL INTEREST | THE DIPLOMAT