TEMPO.CO, Bogor - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro meresmikan Laboratorium Anechoic Chamber di Pusat Teknologi Satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) di Rancabungur, Bogor. Peresmian dilakukan Jumat siang, 21 Februari 2020, didahului kunjungan ke sejumlah fasilitas milik Pusat Teknologi Roket dan Pusat Teknologi Penerbangan dan Stasiun Bumi Penginderaan Jauh.
Menristek menyatakan fasilitas Anechoic Chamber bisa memperkuat penguasaan Indonesia akan teknologi satelit. "Yang tentunya akan membuat Lapan bisa menjadi salah satu yang terdepan paling tidak di antara 'emerging economy' yang mulai melirik ke dalam bisnis antariksa," katanya.
Laboratorium Anechoic Chamber yang baru diresmikan itu memiliki jangkauan redaman gelombang elektromagnetik paling lebar hingga 40 Ghz. Adapun kegunaannya, tak terbatas untuk pengujian dan pengembangan satelit. Tapi juga pengujian Electromagnetic Compatibility (EMC) dan antena berstandar militer Mil-Std 461-F, ataupun pengujian lain yang mendukung pengembangan dan pengujian komponen elektronika serta telekomunikasi berstandar militer.
Menristek Bambang Brodjonegoro dan jajaran pimpinan Lapan juga mengunjungi fasilitas, antara lain ruang assembly, integration and test (AIT) satelit, Mission Control Center dan antenna full motion untuk pengendalian satelit.
Peneliti memeriksa satelit rakitan buatan dalam negeri bernama LAPAN A2/LAPAN ORARI di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Bogor, Jawa Barat, 3 September 2015. Peluncurannya sendiri akan dilakukan di pusat antariksa Satish Dhawan, Sriharikota, India. TEMPO/Subekti
Sebelumnya, Menristek juga berpesan Lapan semakin meningkatkan kemampuan dan penguasaan teknologi di bidang penerbangan dan keantariksaan. Dia ingin satelit konstelasi orbit rendah untuk komunikasi yang didesain oleh Lapan dan diluncurkan dari stasiun bumi Indonesia dengan roket buatan Lapan segera terwujud.
Menurut mantan Menteri Koordinator Perekonomian itu, Indonesia sebagai bangsa yang besar dan merupakan kekuatan ekonomi ke-16 terbesar di dunia serta memiliki penduduk keempat terbesar di dunia harus menguasai teknologi yang terkait dengan antariksa. "Kita tidak bisa membatasi hanya kepada teknologi yang selama ini kita lihat sehari-hari tetapi juga harus mengeksplor baik itu laut dalam sampai ke angkasa luar," ujarnya.