TEMPO.CO, Yogyakarta - Gunung Merapi mengalami erupsi dengan ketinggian kolom awan 6.000 meter di atas puncak, Selasa 3 Maret 2020 pukul 05.22 WIB. Sebelum erupsi tidak ada tanda-tanda signifikan akan meletus.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menyatakan seperti pada letusan letusan sebelumnya letusan hari ini tidak didahului prekursor yang jelas. Seismisitas pada tanggal 2 Maret 2020 terdiri dari gempa VTA 1 kali. MP 8 kali. LF 2 kali. dan DG 1 kali.
"Demikian juga deformasi tidak menunjukkan perubahan yang signifikan," kata Hanik Humaida, Kepala BPPTKG Yogyakarta, Selasa, 3 Maret 2020.
Data observasi ini menunjukkan bahwa menjelang letusan tidak terbentuk tekanan yang cukup kuat karena material letusan didominasi oleh gas vulkanik.
Rangkaian letusan sejak November 2019 hingga saat ini serta aktivitas kegempaan VTA menjadi indikasi bahwa saat ini Gunung Merapi berada pada fase intrusi magma menuju permukaan. Ini merupakan fase ketujuh dari kronologi aktivitas erupsi Gunung Merapi 2018-2020.
"Letusan semacam ini masih dapat terus terjadi sebagai indikasi bahwa suplai magma dan dapur magma masih berlangsung," kata Hanik.
Ancaman bahaya letusan ini berupa awan panas yang bersumber dari bongkaran material kubah lava dan lontaran material vulkanik dengan jangkauan kurang 3 kilometer. Ini berdasarkan volume kubah yang sebesar 396 ribu meter kubik berdasarkan data drone 19 November 2019.
Sebelumnya, Merapi meletus pada 13 Februari 2020. Selang 19 hari, yaitu hari ini, 3 Maret 2020 pukul 05.22 terjadi letusan dengan tinggi kolom 6.000 meter. Letusan terekam di seismograf dengan amplitude 75 mm dan durasi 450 detik. Awan panas teramati sejauh kurang lebih 2 kilometer ke arah selatan dan tenggara.
BPPTK juga mengeluarkan VONA (Volcano Observatory Notice for Aviation) dengan kode warna Merah. Angin saat kejadian letusan mengarah ke utara dan timur. Hujan abu dilaporkan terjadi dalam radius 10 kilometer dari puncak terutama pada sektor utara seperti di wilayah Kecamatan Musuk dan Cepogo Boyolali.
"Hujan abu bercampur pasir dilaporkan terjadi di wilayah Desa Mriyan, Boyolali, yang berjarak sekitar 3 kilometer dari puncak Merapi," kata dia.
Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa di luar radius 3 kilometer dari puncak Merapi.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD membagikan masker di wilayah terdampak hujan abu."BPBD juga membagikan masker," kata Biwara Yuswantara, Kepala BPBD Daerah Istimewa Yogyakarta.
MUH SYAIFULLAH