TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan meminta masyarakat tidak bereaksi berlebihan menanggapi kasus masuknya virus corona COVID-19 ke Indonesia. Virus ini disebutnya tidak menular tanpa ada kontak langsung karena tak bisa menyebar sendiri lewat udara. Virus corona baru juga dinyatakan tak bisa menginfeksi dari benda mati.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) di Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto, menyampaikan semua itu di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta pada Senin, 2 Maret 2020. "Virus itu harus ada inangnya. Kalau di luar tubuh, 5-10 menit mati dia," ujar Yuri.
Pernyataan Yurianto bertolak belakang dengan pesan tim peneliti di Jerman yang menyebut virus corona yang ada pada manusia dan hewan dapat bertahan di permukaan sebuah benda dan tetap menular pada suhu kamar hingga sembilan hari. Hasil penelitian itu dimuat dalam Journal of Hospital Infection pada Februari lalu.
Tim peneliti itu bahkan menunjukkan sebagian anggota keluarga virus corona dapat bertahan empat dan lima hari di atas berbagai benda berbahan aluminium, kayu, kertas, plastik, dan kaca. Sebagian lain, yang hanya menginfeksi hewan, bahkan ditemukan bisa bertahan lebih dari 28 hari.
Seorang staf menyemprotkan cairan disinfektan pada tombol bel sebuah pintu di Distrik Wuchang di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, 27 Januari 2020. Beberapa pusat perbelanjaan dan tempat wisata di Cina, khususnya di Wuhan sempat ditutup untuk mengantisipasi penyebaran virus Corona. Xinhua/Cheng Min
Untuk mengurangi penyebaran virus corona secara umum, para penulis studi itu menyarankan setiap rumah sakit yang merawat pasien infeksi COVID-19 membersihkan lingkungannya lebih hati-hati. Berbagai cairan dari natrium hipoklorit, hidrogen peroksida, atau etanol direkomendasikan digunakan.
"Di rumah sakit, ini bisa saja ada di pegangan pintu, tombol-tombol yang terpasang, meja samping tempat tidur, rangka tempat tidur dan benda-benda lain di sekitar pasien yang sering terbuat dari logam atau plastik," kata Kampf.
Riset dilakukan terhadap sejumlah virus corona selain COVID-19 tapi para penelitinya merasa perlu segera mempublikasikan temuan dengan alasan, bisa saja hal sama berlaku untuk virus baru itu. "Virus corona yang berbeda dianalisis, dan hasilnya semua sama," kata ahli virus, Eike Steinmann, dari Leibniz University Hanover, Jerman.