TEMPO.CO, Jakarta - Ketua PB Ikatan Dokter Indonesia, Daeng M. Faqih, menyatakan tidak melarang tapi juga tidak menganjurkan masyarakat mengkonsumsi empon-empon untuk menjaga daya tahan tubuh menangkal virus corona baru, COVID-19. Dia menanggapi maraknya pemberitaan serta informasi tentang khasiat zat aktif dalam jenis tanaman rimpang yang biasa dibuat jamu tersebut.
"Empon-empon hukumnya mubah. Tidak dilarang, tidak juga diwajibkan. Tapi kalau didalilkan untuk COVID-19 itu yang saya tidak setuju," kata Faqih di Jakarta, Kamis 5 Maret 2020.
Dokter spesialis paru dari IDI yang juga tergabung dalam Satgas COVID-19, Erlina Burhan, mengakui bahwa empon-empon yang terdiri dari jahe, kunyit, temulawak dan lainnya memiliki kandungan antioksidan yang sangat baik untuk tubuh. Namun, dia mengingatkan agar masyarakat tidak meracik secara sembarangan.
"Kita perlu berpikir, campuran airnya berapa, suhunya berapa. Dikhawatirkan kalau tidak bisa mengolahnya, bukan antioksidan yang terbentuk, tapi oksidan," ucap Erlina yang menganjurkan masyarakat mengkonsumsi obat-obatan tradisional yang sudah terstandar daripada mengolahnya sendiri.
Sementara itu, Ketua Satgas COVID-19, Profesor Zubairi Djoerban, menyampaikan hanya lima hal yang perlu dilakukan oleh setiap orang untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Lima hal tersebut: olahraga minimal 150 menit seminggu, makan sayur, istirahat cukup, stop rokok, dan stop alkohol.
"Orang dewasa usia 18-40 tahun membutuhkan waktu tidur tujuh sampai delapan jam setiap hari. Sementara waktu tidur lansia semakin sedikit yaitu hanya enam jam per hari," katanya menjelaskan.
Empon-empon menjadi populer setelah artikel berjudul 'Seorang Peneliti Surabaya Temukan Penangkal Virus Corona' viral di grup-grup percakapan di telepon genggam pada Februari lalu. Artikel menuturkan penjelasan dan temuan dari Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler Universitas Airlangga Chaerul Anwar Nidom yang dikaitkan dengan situasi wabah virus corona COVID-19 saat ini.
Ilustrasi teh curcumin. shutterstock.com
Dihubungi terpisah, Nidom menyatakan kalau tidak ada yang keliru dari artikel yang viral itu. Dia hanya menegaskan bahwa riset praklinis dengan curcumin seperti yang dijelaskan dalam artikel itu dilakukannya terhadap virus corona penyebab flu burung atau yang lebih dikenal sebagai virus H5N1.
Namun Nidom juga mengimbau masyarakat tidak perlu risau dengan wabah virus corona yang sekarang dan meminta kebiasaan minum jamu dan masak dengan bumbu lengkap diteruskan. Alasannya, formulasi Curcumin, seperti juga juga teh putih dan cokelat yang pahit terbukti efektif menangkal virus flu burung yang, menurutnya, "Keganasannya melebihi virus COVID-19 saat ini."
Uji formula curcumin kini sedang berjalan Laboratorium Profesor Nidom Foundation menggunakan hewan percobaan. Diharapkan, virus corona COVID-19 termasuk yang akan dilibatkan uji formula itu.