Hari tanpa bayangan di Pontianak, berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), baru akan terjadi pada 20 Maret 2020 pukul 11.50 WIB. Hari tanpa bayangan terjadi saat posisi matahari tepat berada di atas kepala sehingga bayangan benda tegak tidak akan muncul karena menyatu dengan bendanya.
Setelah menentukan kota spesialnya, semisal Pontianak, pengukur kemudian mencari kota atau daerah kedua yang tidak mengalami hari tanpa bayangan pada 20 Maret namun segaris bujur. Garis bujur Pontianak pada rentang 109° 16' 25" – 109° 23' 04" BT. Kota yang memenuhi syarat seperti itu di Jawa misalnya di daerah Pemalang, Jawa Tengah, yang rentang garis bujurnya 109°17'30"–109°40'30" BT.
Pengukuran di Pemalang ditentukan pada 20 Maret pukul 11.50 sesuai momen hari tanpa bayangan di Pontianak. Kemudian, kata Aldino, tegakkan tongkat sepanjang satu meter di permukaan datar lalu ukur jarak antara tongkat ke bayangan benda untuk memukan sudut yang terbentuk. Caranya dengan menggunakan hubungan tangen atau perbandingan antara panjang bayangan dengan tinggi tongkat.
Ilustrasi hari tanpa bayangan. Twitter/@Vascsc
Hasil perbandingan yang didapat adalah nilai tangen sudutnya. Untuk mendapatkan besar sudutnya itu pengukur bisa menggunakan tabel trigonometri. Setelah itu pengukur menghitung jarak Pontianak-Pemalang dengan garis lurus.
Data-data yang diperoleh kemudian dimasukkan dalam rumus persamaan Eratosthenes. Sudut bayangan dengan tongkat dibagi 360 (derajat) sama dengan jarak Pontianak-Semarang dibagi keliling Bumi. Pengukuran yang benar kata Aldino akan mendapatkan jarak keliling Bumi pada angka 40 ribuan kilometer.
“Lokasi pengukuran dengan kota mana pun dengan metode seperti itu akan sama hasilnya karena bumi diasumsikan bulat sempurna,” ujarnya.