TEMPO.CO, Pekanbaru - Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC- BPPT) mulai menerjunkan tim untuk melaksanakan siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melalui operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan di Provinsi Riau.
Tim TMC yang didukung TNI AU akan mengoptimalkan potensi awan menjadi hujan guna pembasahan lahan-lahan gambut dan pengisian embung-embung penampungan air untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang lebih luas dan tidak terkendali.
“Pelaksanaan operasional TMC tahun ini merupakan salah satu tindakan pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau. Berdasarkan historis fluktuatif, jumlah titik hotspot meningkat pada Maret dan periode puncak pada Agustus hingga September,” ujar Tri Handoko Seto, Kepala BBTMC-BPPT di Riau, Rabu, 11 Maret 2020.
Menurut Tri, operasional TMC di Provinsi Riau bertujuan tidak hanya untuk mematikan titik api kebakaran hutan dan lahan sebagai sumber bencana kabut asap, tetapi juga untuk menjaga kelembaban tanah gambut agar tidak sampai menjadi kering.
Faktor kelembaban tanah gambut menjadi hal yang penting untuk terus dipantau secara kontinyu guna mengetahui tingkat kekeringan yang dapat menjadi sinyal kerawanan bencana karhutla di suatu wilayah.
Strategi pelaksanaan TMC dapat lebih difokuskan untuk membasahi atau re-wetting area gambut yang dinilai mempunyai tingkat kekeringan yang perlu diwaspadai. Dengan tetap terjaganya kelembaban tanah pada area lahan gambut, maka potensi terjadinya kebakaran di area lahan gambut akan semakin berkurang, papar Seto.
Budi Harsoyo, Kepala Bidang Penerapan TMC BBTMC mengatakan untuk membangun sistem monitoring di area lahan gambut, BBTMC telah mengembangkan Sistem Monitoring Online Kandungan Air Lahan Gambut untuk Early Warning System Karhutla (SMOKIES) dengan menempatkan sejumlah instrumen ukur parameter cuaca dan hidrologi berupa Automatic Weather Station (AWS) dan Sensor Ultrasonik untuk pengukuran Tinggi Muka Air (TMA) lahan gambut.
“Kedua instrumen ini berfungsi untuk mengukur parameter cuaca dan TMA lahan gambut hingga kedalaman 1,5 meter dan datanya secara real time ditransmisikan ke server di BPPT setiap 1 jam. Penempatan instrumen SMOKIES ini perlu diperbanyak lokasi pengukurannya agar memberikan gambaran monitoring tinggi muka air lahan gambut yang representative di beberapa provinsi rawan karhutla,” papar Budi Harsoyo.
Posko TMC Karhutla Riau dipusatkan di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru dengan dukungan pesawat TNI-AU CASA 212 milik TNI AU dari Skuadron 4, Malang. “Kami akan memulai penerbangan pertama hari ini,” ujar Dwipa R.Soehoed, Koordinator Lapangan BBTMC. Pembiayaan pelaksanaan TMC Provinsi Riau bersumber dana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau.