Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Begini Generasi Z Bicara Perubahan Iklim, Dampak dan Solusinya

image-gnews
Pendiri Diver Clean Action Swietenia Puspa Lestari (paling kiri) dan Maria Rosalinda Bunga Lengari dari Lembata, NTT, serta anggota Saka Wanabakti dari Kalpataru Kwartir Nasional Ramadhan Subakti (berdua paling kanan) dalam acara diskusi Pojok Iklim bertajuk 'Kiprah Cerdas Milenial dan Generasi Z: Bagian Solusi Perubahan Iklim' di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Pusat, Rabu, 11 Maret 2020. TEMPO/Khory
Pendiri Diver Clean Action Swietenia Puspa Lestari (paling kiri) dan Maria Rosalinda Bunga Lengari dari Lembata, NTT, serta anggota Saka Wanabakti dari Kalpataru Kwartir Nasional Ramadhan Subakti (berdua paling kanan) dalam acara diskusi Pojok Iklim bertajuk 'Kiprah Cerdas Milenial dan Generasi Z: Bagian Solusi Perubahan Iklim' di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Pusat, Rabu, 11 Maret 2020. TEMPO/Khory
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tiga pemuda mewakili generasi milenial dan Z bicara dampak perubahan iklim dan solusinya. Ketiganya, pendiri Diver Clean Action Swietenia Puspa Lestari; siswi SMA di Lembata, NTT, pembuat alat desalinasi air laut, Maria Rosalinda Bunga Lengari; dan anggota Saka Wanabakti dan Kalpataru Kwartir Nasional Ramadhan Subakti dihadirkan dalam diskusi di Gedung Manggala Wanabakti, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Rabu 11 Maret 2020.

Swietenia Puspa Lestari, 25 tahun, bicara mengenai dampak langsung sampah terhadap terumbu karang dan mangrove. Swietenia atau yang biasa disapa Tenia itu mengaku sering menemukan terumbu karang yang rusak, bahkan mati, dikelilingi sampah. Karena kondisi itu dia tergerak melakukan beberapa aktivitas, seperti bersih pantai secara rutin satu bulan sekali di wilayah Jakarta.

Data aktivitas tersebut juga dimanfaatkan untuk keperluan riset. "Jadi tidak hanya mengumpulkan sampah lalu ditimbang, tapi dipisahkan sesuai jenisnya," ujarnya dalam diskusi bertajuk ‘Kiprah Cerdas Milenial dan Generasi Z: Bagian Solusi Perubahan Iklim’ itu.

Tenia juga memetakan titik area mangrove, membuat tempat pembuangan sampah menjadi lebih tertata dan sistem pengolahan sampahnya lebih baik lagi. Dia mengajak masyarakat untuk bekerja sama dengan berbagai pihak agar berkomitmen memilah sampah. Selain juga melatih masyarakat yang menyediakan jasa pariwisata agar tidak lagi menggunakan plastik, dan menyediakan fasilitas tempat sampah.

“Pelatihannya gratis untuk usia 18-35 tahun setiap provinsi 1-2 orang kami biayai untuk pelatihan. Itu sudah dilakukan pada 2017 dan 2019,” tutur mentor The Indonesian Youth Marine Debris Summit 2019 itu.

Tenia juga bekerja sama dengan beberapa perusahaan dan para peneliti untuk melakukan gerakan pengurangan sampah plastik sekali pakai. “Kami bekerja sama dengan restoran cepat saji agar tidak lagi menggunakan sedotan," katanya sambil menambahkan, "Ramainya warung kopi yang juga menggunakan sedotan, itu juga menjadi fokus kami.” 

Maria Rosalinda Bunga Lengari, remaja asal Lembata, Nusa Tenggara Timur, juga bertutur dengan pengalamannya di kawasan pantai. Dia menceritakan dampak dari perubahan iklim berupa kekeringan yang panjang dan debit air turun. Gadis yang biasa disapa Osin ini mengaku harus menghemat air, bahkan untuk berangkat sekolah saja dia hanya mencuci muka tanpa mandi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Siswi kelas X SMA Negeri 1 Lebatukan itu lalu membuat sebuah alat desalinasi air laut untuk menghasilkan air tawar. Alat yang dia buat bentuknya seperti rumah dengan bentuk yang kecil. Berbahan kayu sebagai rangkanya, alas memakai tripleks, wadah penampungan air laut menggunakan alumunium, alat ini dipasangi paralon yang dihubungkan dengan selang untuk mengaliri air tawar dari bagian atap yang terbuat dari plastik.

“Awalnya kami berdiskusi dan berpikir bahwa kami mempunyai sumber daya air laut dan panas matahari, proses terjadinya air hujan kan pasti penguapannya dari air laut, dari situ kami buat alat yang sederhana itu,” kata dia. “Itu semua berawal dari program sosialisasi perubahan iklim dari Plan Indonesia.”

Ramadhan Subakti berbeda. Dia cerita langkah-langkah anggota pramuka atau kepanduan di dunia mengatasi isu perubahan iklim. Dia menjelaskan, anggota pramuka penegak dan pandega usia 18-25 tahun sendiri berjumlah 8 juta atau 32 persen dari jumlah pemuda di Indonesia. 

Rama menerangkan peran membantu pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Jambi yang memakan banyak korban infeksi saluran pernapasan atas. Selain, mengendalikan sampah dengan mengurangi jumlah penggunaan plastik sekali pakai.

“Setiap perkemahan sudah tidak membawa botol plastik karena dianjurkan membawa tumbler, ada bersih pantai dan diving, membuat platform pramuka bersih negeri, kampanye hijau car free day di seluruh Indonesia, ada juga konservasi mulai dari karang, penyu dan lain-lain,” kata Rama menuturkan yang lainnya.

Ke depan, Rama menambahkan, dia dan teman-temannya akan melakukan kampanye hijau, dan membangun kolaborasi dengan semangat bersahabat dengan Bumi. “Kami akan terus sosialisasikan untuk meningkatkan pemahaman terhadap perubahan iklim, termasuk melakukan kajian dan penelitian,” kata Rama menambahkan.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

53 menit lalu

Ilustrasi badai taifun yang muncul di Samudera Pasifik. (friendsofnasa.org)
Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.


Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

8 jam lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.


5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

11 jam lalu

Mobil melewati jalan yang banjir saat hujan badai di Dubai, Uni Emirat Arab, 16 April 2024. REUTERS/Abdel Hadi Ramahi
5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab


Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

5 hari lalu

Anomali suhu udara permukaan untuk Maret 2024. Copernicus Climate Change Service/ECMWF
Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.


Bahaya Sampah Plastik Hasil Mudik

5 hari lalu

Bahaya Sampah Plastik Hasil Mudik

Isu penanganan sampah kembali mencuat di tengah perayaan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah. Sebagian di antaranya berupa sampah plastik.


Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

11 hari lalu

Seseorang memegang gambar aktivis iklim Greta Thunberg ketika para aktivis menandai dimulainya Pekan Iklim di New York selama demonstrasi yang menyerukan pemerintah AS untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim dan menolak penggunaan bahan bakar fosil di New York City, New York, AS, 17 September 2023. REUTERS/Eduardo Munoz
Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.


Aktivis Lingkungan Desak Jepang Hentikan Pengiriman Sampah Plastik ke Indonesia

14 hari lalu

Petugas Bea Cukai Tanjung Perak Surabaya menunjukkan sampah impor terpapar limbah asal Australia di Terminal Petikemas Surabaya, 9 Juli 2019. Sampah plastik itu tercampur ke dalam sampah kertas (waste paper) yang diimpor dari negara seperti Amerika Serikat (AS), Australia, Prancis, Jerman dan Hong Kong oleh sejumlah pabrik kertas untuk bahan baku kertas baru. ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Aktivis Lingkungan Desak Jepang Hentikan Pengiriman Sampah Plastik ke Indonesia

Jepang dinilai menjadi negara eksportir sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Jerman.


Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

14 hari lalu

Ilustrasi hujan. REUTERS
Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

Setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan curah hujan di Kota Bogor selalu tinggi. Namun bukan hujan pemicu seringnya bencana di wilayah ini.


Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

18 hari lalu

Billy Joe Armstrong dari Green Day tampil membawakan lagu
Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

Grup musik punk Green Day akan tampil dalam konser iklim global yang didukung oleh PBB di San Francisco


Hasil Survey UI, ICEL dan Greenpeace Ingatkan Dampak Lingkungan Sampah Plastik Scahet dan Pouch

20 hari lalu

Sampah sachet dari lima perusahaan mencemari perairan Jakarta. Foto Tim Brand Audit
Hasil Survey UI, ICEL dan Greenpeace Ingatkan Dampak Lingkungan Sampah Plastik Scahet dan Pouch

Dari total timbunan sampah plastik, ditaksir sekitar 14-16 persen itu berupa sachet dan pouch.