TEMPO.CO, Jakarta - Satu lagi bahan alami ditawarkan peneliti Indonesia sebagai penghadang serangan infeksi penyakit virus corona 2019 alias COVID-19, yakni jambu biji daging merah. Opsi ini disodorkan tim peneliti gabungan, multidisiplin, Universitas Indonesia dan IPB University.
Jambu biji menambah daftar bahan alami ataupun herbal yang sebelumnya juga disebut bisa untuk melawan virus corona yakni propolis dan empon-empon. Mereka disebut memiliki senyawa protein maupun zat aktif yang tak ramah virus. Satu di antaranya bahkan diklaim bisa bikin virus corona COVID-19 tergelincir saat menginfeksi sel di paru-paru.
Satu hal yang memembuat ketiganya sama adalah belum ada uji klinis yang dilakukan. Berikut ini bahan-bahan alami tersebut dan penjelasan selengkapnya tentang bagaimana mereka dianggap bisa menjegal COVID-19, virus corona penyebab pneumonia akut, itu mewabah di Indonesia.
JAMBU BIJI DAGING MERAH
Riset gabungan peneliti Universitas Indonesia dan IPB University menyebut senyawa protein pada daging jambu ini paling cocok untuk menghambat virus patogen, termasuk virus corona. Mereka menggunakan metode penelitian bioinformatika yang memanfaatkan basisdata milik Laboratorium Komputasi Biomedik dan Rancangan Obat Fakultas Farmasi UI.
Ilustrasi jambu biji. Unsplash.com/Gregory Culmer
Basisdata yang tersusun dari 1.377 senyawa herbal itu kemudian dipetakan dan hasilnya dikonfirmasi menggunakan metode pemodelan molekuler untuk dievaluasi aktivitas anti virusnya. Pekerjaan itu memakan waktu seminggu.
Hasilnya, diperoleh beberapa golongan senyawa yang berpotensi untuk menghambat dan mencegah COVID-19 yang menginfeksi manusia. “Golongan senyawa tersebut antara lain hesperidia, rhamnetin, kaempferol, kuersetin dan myricetin yang terkandung dalam jambu biji (daging Buah Merah muda)," kata Fadilah dari Departemen Kimia Kedokteran FKUI.
Hasil penelitian yang sudah didapat diaku masih pada tahap awal dan harus dilakukan penelitian lebih lanjut, yakni uji coba pada sel, hewan dan manusia (klinis).
PROPOLIS
Peneliti dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Muhamad Sahlan, yang menyodorkan ini. Pemilik gelar doktor yang telah meneliti tentang propolis selama sembilan tahun tersebut menemukan senyawa propolis yang dihasilkan lebah Tetragonula biroi aff berpotensi menjadi penghambat alami bagi virus mematikan itu untuk bisa menginfeksi sel di paru-paru.
Bentuk dan kekentalan cairan Madu lebah Trigona SP di Peternakan Lebah Madu, Maribaya, Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat. 18 September 2014. Lebah penghasil propolis yang kaya khasiat ini tanpa sengat. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Rujukannya adalah penelitian yang dipublikasi Shanghai Tech University pada Januari 2020. Penelitian dari Shanghai berhasil memetakan struktur protein COVID-19 dan menemukan penyebab virus itu bisa menempel pada sel hidup (dalam hal ini paru-paru manusia). Virus menempel lalu menyuntikkan struktur genetiknya pada sel hidup tersebut untuk berkembang biak.
Untuk memutus aktivitas virus itu, tim peneliti di Shanghai mengembangkan senyawa kimia penghambat bernama N3 sebagai alternatif obat untuk infeksi COVID-19. “Yang menarik, propolis yang saya teliti memiliki sifat menghambat proses menempelnya virus terhadap sel manusia yang mirip dengan senyawa N3 itu," kata Sahlan.