Dengan menggunakan struktur model COVID-19 yang ada, Sahlan menguji senyawa-senyawa propolis yang dihasilkan lebah Tetragonula biroi aff untuk melihat apakah dapat membentuk ikatan pada virus COVID-19 yang sama seperti yang dilakukan oleh senyawa N3. Hasilnya, tiga dari sembilan senyawa yang ada di propolis asli Indonesia memiliki kekuatan menempel yang cukup baik pada virus COVID-19.
Sahlan menuturkan, bila senyawa N3 memiliki nilai -8, senyawa propoplis Sulawesins a memiliki nilai -7,9; Sulawesins b -7,6; dan deoxypodophyllotoxin -7,5. Semakin negatif nilai yang dimiliki menunjukkan semakin besar kemampuan senyawa itu menempel pada virus corona COVID-19. "Hal ini membuat virus tidak dapat menempel pada sel hidup manusia untuk kemudian berkembang biak,” ujar Sahlan.
EMPON-EMPON (CURCUMIN)
Tim peneliti di Professor Nidom Foundation (PNF) sedang menguji formula curcumin, zat aktif dalam rimpang atau empon-empon, untuk melawan patogen (virus, bakteri, dan parasit) pada hewan. Terbuka kemungkinan untuk mengujinya pula sebagai obat infeksi virus corona COVID-19 yang saat ini sedang mewabah dari Cina ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Ilustrasi teh curcumin. shutterstock.com
Harapannya, akan bisa diketahui formulasi-formulasi itu cocok dengan patogen apa. Menurut Chaerul Anwar Nidom, ini dalam rangka menyiapkan evident base (bukti ilmiah) bahwa empon-empon bisa digunakan untuk mengendalikan badai sitokin baik yang disebabkan oleh COVID-19 atau virus corona lainnya.
Nidom menyatakan riset praklinis dengan curcumin pernah dilakukannya terhadap virus corona penyebab flu burung atau yang lebih dikenal sebagai virus H5N1. Memang belum terhadap COVID-19 tapi dia yakin efektivitasnya tak berbeda. Formulasi Curcumin, seperti yang juga ada di teh putih dan cokelat yang pahit terbukti efektif menangkal virus flu burung yang menurutnya, "Keganasannya melebihi virus COVID-19 saat ini."