Sakit atau Sehat
Studi yang pernah dilakukan terhadap 1.590 pasien positif COVID-19 di Cina menemukan 399 pasien yang memiliki sedikitnya satu penyakit tambahan di tubuhnya (termasuk jantung, diabetes, Hepatitis B, paru-paru, gijal, dan kanker) berpeluang 79 persen lebih besar untuk mendapat perawatan intensif atau meninggal. Sedang 130 pasien dengan dua penyakit komplikasi atau lebih memiliki risiko 2,5 kali lebih besar.
Merincinya lebih jauh, para peneliti menemukan kanker menambah risiko COVID-19 menjadi 3,5 kali lipat, diabetes dan hipertensi malah sampai 60 persen. Adanya penyakit lain yang bersemayam dalam tubuh kemungkinan telah mengubah karakter COVID-19.
Sebagai gambaran, di puncak epidemi di Wuhan, sebanyak 37 dari 230 pasien gagal ginjal di RS Renmin terdeteksi mengidap infeksi virus itu. Meski tidak ada yang sampai dirawat intensif dan mendapat alat bantu pernapasan, enam di antara 37 pasien itu meninggal. Uniknya pula, tidak satupun dari enam itu meninggal karena pneumonia.
Studi di dua rumah sakit rujukan di Wuhan paa Januari lalu juga menunjukkan orang-orang yang terinfeksi virus corona COVID-19 akan meninggal paling mungkin karena mereka sudah lansia atau memiliki riwayat sepsis ataupun masalah pembekuan darah. Studi ini meneliti sekelompok 191 pasien dari mulai mereka didiagnosis positif terinfeksi virus corona itu hingga sembuh dan diizinkan pulang (137) atau sebaliknya, meninggal (54).
Seorang petugas medis menangani pasien yang diduga terinfeksi virus corona di Zhongnan Hospital of Wuhan University, Wuhan, Cina, Jumat 24 Januari 2020. FOTO/ANTARA/HO-Xinhua/Xiongqi/mii/aa
Usia rata-rata pasien ini adalah 56, dan 62 persen adalah laki-laki. Sekitar setengah dari mereka yang dirawat memiliki masalah medis, paling umum adalah diabetes dan tekanan darah tinggi.
Pada awal Februari, media di Cina melaporkan seorang bayi yang baru dilahirkan perempuan pasien COVID-19 belakangan juga positif virus itu. Si bayi diduga tertular lewat kontak dekat, tapi kekhawatiran adanya penularan secara vertikal yang terjadi saat bayi masih dalam kandungan tak terhindarkan.
Tim peneliti di Universitas Wuhan lalu menyelidikinya dengan meneliti sembilan perempuan hamil pasien COVID-19. Mereka seluruhnya melewati persalinan dengan operasi caesar dan tidak didapati bukti adanya penularan vertikal itu.
STATNEWS | NEWSCIENTIST | WHO