TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno berita hari ini dimulai dari topik tentang Pemerintah Cina pada hari Selasa, 17 Maret 2020, menyatakan obat flu yang dikembangkan oleh perusahaan Jepang, Fujifilm Holdings, efektif melawan virus corona COVID-19.
Berita terpopuler berikutnya, para peneliti dari Cina menemukan bahwa virus corona COVID-19 dapat hidup di saluran pernapasan pasien terinfeksi selama 37 hari atau lima pekan sejak pertama kali sakit. Itu artinya dua kali lebih lama daripada masa isolasi yang direkomendasikan para ahli selama ini, yakni selama 14 hari.
Lainnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang mempertimbangkan tindakan pencegahan melalui udara untuk staf medis setelah sebuah studi baru menunjukkan bahwa virus corona dapat bertahan hidup di udara dalam partikel halus yang dikenal sebagai aerosol.
Berikut tiga berita terpopuler di kanal Tekno:
1. Cina: Obat Flu dari Jepang Efektif Melawan Virus Corona
Ilustrasi virus corona atau Covid-19. REUTERS
Pemerintah Cina hari Selasa, 17 Maret 2020, menyatakan obat flu yang dikembangkan oleh perusahaan Jepang, Fujifilm Holdings, efektif melawan virus corona COVID-19.
Pemerintah Cina berencana untuk secara resmi merekomendasikan penggunaan obat itu untuk pengobatan. Fujifilm Toyoma Chemical mengembangkan favipiravir, dijual dengan merek Avigan.
"Ini memiliki tingkat keamanan yang tinggi dan jelas efektif dalam pengobatan," kata Zhang Xinmin, direktur Pusat Nasional Cina untuk Pengembangan Bioteknologi, dalam konferensi pers, sebagaimana dikutip Nikkei, Rabu, 18 maret 2020.
2. 14 Hari Masa Inkubasi COVID-19 Cukup? Simak Hasil Penelitian Ini
Ilustrasi virus corona atau Covid-19. REUTERS
Para peneliti dari Cina menemukan bahwa virus corona COVID-19 dapat hidup di saluran pernapasan pasien terinfeksi selama 37 hari atau lima pekan sejak pertama kali sakit. Itu artinya dua kali lebih lama daripada masa isolasi yang direkomendasikan para ahli selama ini yakni selama 14 hari.
Perhitungan tersebut dihasilkan dari penelitian terhadap191 pasien dari dua rumah sakit di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, yang melaporkan epidemi pertama penyakit virus corona 2019 itu. "Pelepasan virus yang berkepanjangan memberikan alasan untuk strategi isolasi pasien yang terinfeksi dan intervensi antivirus yang optimal di masa depan," tertulis di jurnal The Lancet terbit Rabu 11 Maret 2020.
Penelitian itu menggunakan catatan medis elektronik untuk mengumpulkan data demografis serta data laboratorium. Para peneliti mendeteksi virus RNA itu dalam sampel yang diambil dari saluran pernapasan pasien selama rata-rata 20 hari setelah pasien sakit.
3. Studi Sebut Corona Hidup di Udara, WHO Peringatkan Staf Medis
Ilustrasi virus corona atau Covid-19. REUTERS
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang mempertimbangkan tindakan pencegahan melalui udara untuk staf medis setelah sebuah studi baru menunjukkan bahwa virus corona dapat bertahan hidup di udara dalam partikel halus yang dikenal sebagai aerosol.
"Virus corona diketahui ditularkan melalui tetesan, atau sedikit cairan, sebagian besar melalui bersin atau batuk," ujar Dr. Maria Van Kerkhove, kepala unit penyakit dan zoonosis WHO, kepada wartawan saat konferensi pers virtual pada hari Senin, 16 Maret 2020.
"Ketika Anda melakukan prosedur yang menghasilkan aerosol seperti di fasilitas perawatan medis, Anda memiliki kemungkinan melakukan aerosolisasi partikel-partikel ini, yang berarti mereka dapat tinggal di udara sedikit lebih lama."
Selain tiga berita terpopuler di atas, Anda bisa membaca berita hari ini seputar sains dan teknologi hanya di kanal Tekno Tempo.co.