Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Virus Corona: Pelajaran Jaga Jarak dari Pandemi Flu 1918

Reporter

Editor

Erwin Prima

image-gnews
Calon penumpang pesawat menerapkan social distancing dengan berdiri di belakang garis kuning saat mengantre untuk pemeriksaan suhu tubuh di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Foto: Angkasa Pura I
Calon penumpang pesawat menerapkan social distancing dengan berdiri di belakang garis kuning saat mengantre untuk pemeriksaan suhu tubuh di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Foto: Angkasa Pura I
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ketika virus corona, COVID-19, menyebar, semakin banyak ahli beralih ke pandemi influenza 1918 untuk mengambil petunjuk tentang bagaimana menghadapi krisis kesehatan masyarakat dengan proporsi yang sangat besar.

Dalam beberapa hal, peristiwa awal abad ke-20 itu tidak memberikan analog yang bagus tentang bagaimana penyakit modern dapat berevolusi. 100 tahun yang lalu kita tidak memiliki perjalanan udara yang luas, tidak memiliki antibiotik yang tidak dapat mengobati virus tetapi dapat membantu terkait infeksi yang sering menyertai penyakit pernapasan (dan menyebabkan banyak kematian dalam wabah virus). 100 tahun yang lalu, kita bahkan tidak tahu apa itu virus.

Tetapi satu aspek pandemi tetap bertahan: intervensi non-farmasi. Itu adalah istilah teknis untuk tindakan pencegahan non-medis yang diberlakukan pemerintah dan organisasi lain untuk mencegah penyebaran penyakit — dengan kata lain, tindakan pembatasan interaksi sosial atau jaga jarak (social distancing).

Menutup sekolah dan museum menjadi salah satu intervensi non-farmasi. Menerapkan karantina adalah hal lain. Dengan melihat bagaimana influenza 1918 berkembang di berbagai kota, para ahli dapat melihat bagaimana intervensi yang mereka lakukan berdampak pada penyebaran virus.

Salah satu contoh klasik adalah perbedaan antara Philadelphia dan St. Louis, sebagaimana disampaikan dalam makalah PNAS dari 2007 dan dikutip Popular Science, Rabu, 18 Maret 2020.

Pada tanggal 28 September 2018, flu telah menyebar di Philadelphia selama setidaknya 10 hari — tetapi kota tetap melanjutkan parade obligasi perang Liberty Loan, di mana sekitar 200.000 orang berbaris di Broad Street.

Kasus melonjak beberapa hari kemudian, dan pada saat kota mengambil tindakan pada 3 Oktober, sudah terlambat. Kota itu berakhir dengan salah satu wabah flu paling mematikan di kota besar Amerika.

St. Louis, sebaliknya, melihat kasus pertamanya pada 5 Oktober dan menutup sebagian besar kota dua hari kemudian. Dengan melakukan hal itu mereka tampaknya telah menyelamatkan warganya dari penyakit terburuk.

Ini adalah contoh kasus yang sangat baik, tetapi tentu saja hanya satu. Untuk mengetahui apakah tren itu bertahan, kelompok riset lain mencari di 43 kota di benua AS untuk memeriksa apakah langkah-langkah awal jaga jarak benar-benar membantu. Dan mereka menemukan bahwa, ya, dengan tegas, mengambil intervensi pencegahan dini memang membantu kota mengurangi kematian.

Tingkat kematian puncak cenderung lebih rendah di tempat-tempat yang bertindak lebih awal, sedangkan mereka yang menunggu seminggu atau lebih melihat lonjakan yang lebih tinggi. Tentu saja, datanya tidak sempurna — St. Paul dan Grand Rapids memiliki angka kematian puncak yang sangat rendah meskipun menunggu berminggu-minggu untuk menerapkan tindakan apa pun.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebaliknya, New York City mulai ditutup lebih dari seminggu sebelum virus menyerang, namun masih ada lonjakan kematian yang moderat. Itu mungkin tidak mengejutkan mengingat betapa padatnya NYC dibandingkan dengan kota-kota Amerika lainnya, dan itu bisa jauh lebih buruk.

Namun terlepas dari anomali ini, tren masih bertahan: mengambil tindakan dini mencegah kematian.

Demikian pula, kota-kota yang bertindak lebih awal, semakin rendah jumlah kematian mereka secara umum. Menjaga angka kematian tetap rendah, telah menghindarkan sistem perawatan kesehatan dari kewalahan, dan karenanya memungkinkan mereka untuk memberikan perawatan yang lebih baik untuk setiap pasien.

Situasi sekarang di Italia (dan sebelumnya di Cina) menunjukkan penyedia layanan kesehatan terpaksa membuat keputusan sulit tentang siapa yang mendapatkan perawatan dan siapa yang tidak. Kekurangan ventilator membuat pasien yang membutuhkan bantuan pernapasan tidak bisa mendapatkannya.

Dan di AS cenderung menghadapi yang lebih buruk. Perkiraan dari Johns Hopkins University menyatakan bahwa Amerika kemungkinan membutuhkan 740.000 ventilator untuk merawat pasien dalam pandemi seperti flu 1918 itu. Saat ini Amerika memiliki 160.000, ditambah hampir 9.000 persediaan lainnya — tidak cukup untuk menutupi semua orang.

Tetapi waktu intervensi awal tidak menceritakan keseluruhan cerita. Beberapa kota, St. Louis termasuk, menerapkan penutupan sekolah dan melarang pertemuan publik lebih awal, kemudian membebaskan mereka karena tampaknya bahaya sudah berakhir.

Tetapi flu sering kali kembali segera setelah intervensi dicabut. Denver dan St. Louis sama-sama melihat lonjakan dalam beberapa kasus setelah mereka mencabut larangan mereka. Sementara tak satu pun dari kota-kota yang mempertahankan larangan mereka mengalami gelombang kedua.

Pengetahuan medis dan cara hidup khas kita mungkin telah berubah secara drastis pada abad terakhir, tetapi cara penyebaran virus dari orang ke orang belum berubah— begitu juga efek jaga jarak sosial. Kota-kota yang berharap menahan penyebaran COVID-19 seharusnya tidak menunggu untuk mengimplementasikan tindakan-tindakan itu sampai menjadi buruk. Pada saat itu, mungkin sudah terlambat.

POPULAR SCIENCE

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

3 jam lalu

Bupati Muna (nonaktif), Muhammad Rusman Emba, menjalani pemeriksaan lanjutan, di gedung KPK, Jakarta, Jumat, 19 Januari 2024. Muhammad Rusman, diperiksa sebagai tersangka dalam pengembangan penyidikan perkara dugaan tindak pidana korupsi pemberian hadiah atau janji terkait pengajuan Dana Pemulihan Ekonomi Nasional daerah Kabupaten Muna Tahun 2021 - 2022 di Kementerian Dalam Negeri. TEMPO/Imam Sukamto
KPK Tuntut Bekas Bupati Muna Hukuman 3,5 Tahun Penjara dalam Korupsi Dana PEN

"Terbukti secara sah dan meyakinkan," kata jaksa KPK di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat membacakan surat tuntutan pada Kamis, 18 April 2024.


Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

6 hari lalu

Ilustrasi kemacetan arus mudik / balik. TEMPO/Prima Mulia
Pesan PB IDI agar Masyarakat Tetap Sehat saat Liburan dan Mudik di Musim Pancaroba

Selain musim libur panjang Idul Fitri, April juga tengah musim pancaroba dan dapat menjadi ancaman bagi kesehatan. Berikut pesan PB IDI.


Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

7 hari lalu

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi didampingi Dirjen Perhubungan Darat Hendro Sugiatno(kanan) dan Dirjen Perkeretaapian Mohamad Risal Wasal (kiri) menyampaikan keterangan pers usai rapat koordinasi di Kantor Otoritas Bandara Wilayah IV, Badung, Bali, Minggu, 31 Desember 2023. Kementerian Perhubungan bersama berbagai pihak terkait melakukan evaluasi usai kemacetan parah pada Jumat malam (29/12) serta menyiapkan sejumlah rencana dan skema untuk mengantisipasi kemacetan khususnya selama masa libur tahun baru di jalan akses sekitar Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Terpopuler: Menhub Budi Karya Usulkan WFH di Selasa dan Rabu, Sri Mulyani Sebut Idul Fitri Tahun Ini Sangat Istimewa

Menhub Budi Karya Sumadi mengusulkan work from home atau WFH untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas saat puncak arus balik Lebaran.


Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

9 hari lalu

Ilustrasi monyet peliharaan. AP/Rajesh Kumar Singh
Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada


Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

10 hari lalu

Flu Singapura.
Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

Flu singapura rentan menjangkit anak-anak. Flu ini juga dengan mudah menular. Bagaimana cara mengantisipasinya?


BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

10 hari lalu

Suasana Kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan
BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.


Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

10 hari lalu

Sejumlah calon penumpang pesawat antre untuk lapor diri di Terminal 3 Bandara Sekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu 19 April 2023. PT Angkasa Pura II selaku pengelola Bandara Soekarno Hatta memprediksi puncak arus mudik lewat bandara Soetta terjadi mulai H-3 atau Rabu (19/4) dengan pergerakan pesawat yang terjadwal mencapai 1.138 penerbangan dengan total penumpang 164.575 hingga H-1 atau Jumat (21/4). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

AP II mencatat jumlah penumpang pesawat angkutan Lebaran 2024 di 20 bandara yang dikelola perusahaan meningkat sekitar 15 persen.


Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19, Tak Bayar Gaji sejak Januari

11 hari lalu

Aktivitas pekerja di pabrik obat PT Indofarma (persero) Cibitung, Bekasi, Selasa (10/04). PT Indofarma akan melakukan investasi sebesar Rp 100 milliar untuk mengembangkan produksi generik dan herbal dan memenuhi kebutuhan bahan baku yang saat ini 90% masih Impor. TEMPO/Dasril Roszandi
Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19, Tak Bayar Gaji sejak Januari

Indofarma ambruk karena salah perhitungan kapan pandemi COvid-19 berakhir, sehingga banyak obat sakit akibat virus corona tak terjual


Epidemiolog: Kasus Flu Singapura Bisa Bertambah Karena Idul Fitri dan Mudik Lebaran

13 hari lalu

Sejumlah pemudik menunggu jadwal keberangkatan kereta dari Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Jumat, 5 April 2024. Sebanyak 17.994 orang meninggalkan Kota Jakarta melalui Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, untuk mudik ke kampung halaman ke berbagai daerah pada H-5 Lebaran. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Epidemiolog: Kasus Flu Singapura Bisa Bertambah Karena Idul Fitri dan Mudik Lebaran

Jumlah kasus flu Singapura bisa bertambah lagi seiring momentum Idul Fitri dan mudik Lebaran yang membuat intensitas pertemuan di masyarakat meninggi.


Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

13 hari lalu

Flu Singapura.
Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

Vaksin untuk menangkal penyebaran flu Singapura belum ada di Indonesia, padahal tingkat penyebaran dan infeksinya cukup signifikan mengalami lonjakan.