TEMPO.CO, Jakarta - Gempa susulan dari gempa 6,3 Magnitudo di Bali pada Kamis dinihari, 19 Maret 2020, masih terjadi hingga Minggu siang, 22 Maret 2020. Total, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG mengungkapkan, ada 37 kali gempa susulan dengan magnitudo terbesar 5,2 dan terkecil 2,9.
Satu di antara gempa susulan yang terekam BMKG terjadi pada Minggu siang, Pukul 13.48.46 WIB. Gempa yang terukur berkekuatan 5,0 M ini bersumber dari lokasi di koordinat 10,96 LS dan 115,16 BT, tepatnya di laut pada jarak 256 km arah Selatan Kota Denpasar. Kedalamannya, 10 km.
"Dari lokasi episenter, kedalaman, dan mekanisme sumbernya itulah diketahui gempa yang terjadi masih merupakan rangkaian gempa susulan dari gempa utama Kamis lalu," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, dalam keterangan tertulis yang dibagikannya , Minggu.
Gempa bersumber dari zona yang disebut outer rise, yakni di palung Jawa tapi di luar zona subduksi antar lempeng benua. Gempa signifikan yang bersumber di zona outer rise Bali tidak hanya saat ini saja terjadi. Sebelumnya zona outer rise Bali pernah mengalami gempa signifikan sebanyak 3 kali, yaitu (1) pada 9 Juni 2016 dengan magnitudo 6,0 (2) pada 17 Maret 2017 dengan magnitudo 5,3 (3) pada 9 Juni 2019 dengan magnitudo 5,1.
"Dengan meningkatnya aktivitas gempa di zona outer rise selatan Bali saat ini, kita patut waspada dan tidak boleh abai, karena zona sumber gempa ini mampu memicu gempa besar dengan mekanisme turun sehingga dapat menjadi generator tsunami," kata Rahmat menuturkan.
Salah satu contoh gempa dahsyat yang bersumber di zona outer rise di Indonesia yang pernah memicu tsunami mematikan adalah zona outer rise di selatan Sumbawa. Sumber gempa ini memicu Tsunami Lunyuk, Sumbawa, pada 19 Agustus 1977.
Saat itu gempa dahsyat M 8,3 yang oleh para ahli gempa populer disebut sebagai “The Great Sumba” telah memicu terbentuknya patahah dasar laut dengan mekanisme turun sehingga memicu terjadinya tsunami setinggi sekitar 8 meter dan menewaskan lebih dari 300 orang.