Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ini Efektivitas dan Toksisitas Chloroquine untuk Terapi Corona

image-gnews
Ilustrasi virus corona atau Covid-19. REUTERS
Ilustrasi virus corona atau Covid-19. REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti dari Profesor Nidom Foundation (PNF) membuat literasi mengenai efektivitas dan toksisitas dari dua obat malaria Hydroxychloroquine (HCQ) dan Chloroquine (CQ) untuk terapi virus corona COVID-19. Kedua obat itu digunakan oleh beberapa negara sebagai obat-obat suportif untuk merawat pasien.

Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin di PNF, Chaerul Anwar Nidom, menerangkan  Literasi yang berjudul ‘Efektivitas Vs Toksisitas Hydroxychloroquine (HCQ) dan Chloroquine (CQ) untuk Terapi COVID-19’ itu berasal dari berbagai sumber penelitian yang sudah dilakukan di beberapa negara.

Menurutnya, HCQ dan CQ adalah obat resep oral yang telah digunakan untuk pengobatan malaria dan kondisi peradangan. CQ digunakan untuk pengobatan malaria dan kemoprofilaksis, sedangkan HCQ untuk pengobatan rheumatoid arthritis, systemic lupus erythematosus (SLE) dan porphyria cutanea tarda.

“Kedua obat itu memiliki aktivitas in vitro pada SARS-CoV, SARS-CoV-2 dan virus corona lainnya, dengan HCQ memiliki potensi yang relatif lebih tinggi pada SARS-CoV-2(4,5,6),” ujar dia, Senin, 23 Maret 2020.

Penelitian yang dilakukan di Cina, dengan pengobatan CQ pada pasien COVID-19 memiliki manfaat klinis dan virologis dibandingkan dengan kelompok pembanding, juga direkomendasikan untuk pengobatan COVID-19. Berdasarkan data in vitro, CQ atau HCQ saat ini direkomendasikan untuk pengobatan pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit di beberapa negara.

HCQ, Guru Besar Biologi Molekuler Universitas Airlangga itu menambahkan, saat ini sedang diteliti dalam uji klinis untuk profilaksis pra-pajanan atau pasca pajanan infeksi SARS-CoV-2, dan pengobatan pasien dengan COVID-19 ringan, sedang, dan berat. Amerika Serikat telah melakukan uji klinis terhadap HCQ untuk tujuan profilaksis atau pengobatan infeksi COVID-19.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sementara, toksisitas penggunaan CQ dan HCQ dalam jangka waktu yang lama atau dosis tinggi diketahui memiliki efek samping, menyebabkan kardiotoksisitas pada pasien dengan disfungsi hepatik (gangguan hati) atau disfungsi renal (gangguan ginjal) dan imunosupresi. Beberapa studi yang dilakukan menunjukkan angka mortalitas 10-30 persen yang disebabkan oleh overdosis CQ pada usia dewasa.

Sedangkan toksisitas HCQ walaupun jarang terjadi, tapi dapat berakibat fatal jika digunakan dalam dosis yang tinggi. “Studi kasus yang dilaporkan terhadap perempuan (23 tahun) yang mengkonsumsi HCQ sebanyak 40g, dalam 6 jam setelah konsumsi terjadi ketidakstabilan hemodinamik yang parah timbul sebagai akibat dari iritabilitas miokard (otot jantung),” tutur Nidom.

Dalam dosis tertentu, HCQ diketahui memiliki efek penyumbatan saluran natrium dan kalium jantung yang berakibat pada keterlambatan repolarisasi dan konduksi intraventrikular. Kondisi ini menghasilkan bradikardia (perlambatan detak jantung/< 60 denyut per menit), hipotensi, ventrikular disritmia (detak jantung abnormal), dan abnormalitas pada gambaran EKG jantung (masalah pada konduksi dan kontraktilitas otot jantung).

Selain memiliki efek samping pada jantung, toksisitas HCQ diketahui juga dapat memberikan efek negatif pada retina mata (retinopati). “Mekanisme toksisitas HCQ pada retina mata belum sepenuhnya diketahui, meskipun perubahan paling awal yang muncul terjadi di dalam sitoplasma sel ganglion dan fotoreseptor, melibatkan epitel pigmen retina (RPE) yang obat berikatan dengan melanin,” kata Nidom yang juga lulusan dokter hewan IPB University itu. 

HCQ dapat mempengaruhi metabolisme sel retina dan dapat menyebabkan efek toksik dalam waktu yang lama dan bersifat kronis. Gambaran efek retinopati yang terjadi mulai dari gangguan penglihatan sampai efek fatal yang menyebabkan kebutaan.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Porter dan Sopir Angkot juga Bicara Pasar Tanah Abang Sepi, Sebut Beda Bener dan Bullshit

11 hari lalu

Tulisan para pedagang yang dipajang di kios mereka di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa, 19 September 2023. Melalui tulisan-tulisan tersebut, para pedagang pakaian meminta pemerintah menutup sejumlah e-commerce yang dinilai membuat kios mereka sepi pembeli. TEMPO/Ami Heppy
Porter dan Sopir Angkot juga Bicara Pasar Tanah Abang Sepi, Sebut Beda Bener dan Bullshit

Viral sepi Pasar Tanah Abang belakangan ini juga diamini para porter atau kuli angkut.


WHO: Kebutaan Kurangi Kualitas Hidup dan Bebani Perekonomian Global

46 hari lalu

Para penyandang tunanetra jalan bergandengan usai mengikuti kegiatan Edukasi Keuangan yang diadakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Aula Serbaguna Perpustakaan Nasional, Jakarta, Selasa, 15 Agustus 2023. OJK mengajak seluruh pelaku usaha jasa keuangan untuk memberikan kemudahan dan fasilitas bagi mereka yang difabel, seperti mempermudah penyandang disabilitas dalam membuka rekening, pembiayaan kredit bagi pelaku usaha, hingga memperoleh produk asuransi. TEMPO/Tony Hartawan
WHO: Kebutaan Kurangi Kualitas Hidup dan Bebani Perekonomian Global

Kebutaan menimbulkan beban keuangan global yang sangat besar dengan estimasi kehilangan produktivitas global tahunan sekitar US$ 411 miliar.


Pentingnya Kolaborasi Atasi Katarak di Indonesia

29 Juni 2023

ilustrasi operasi katarak by istimewa
Pentingnya Kolaborasi Atasi Katarak di Indonesia

Data menyebutkan 3 dari 100 orang di Indonesia berusia lebih dari 50 tahun mengalami kebutaan. 80 persen dari masalah itu, disebabkan katarak


4 Pengobatan yang Bisa Dilakukan Penderita Glaukoma

27 Mei 2023

ilustrasi periksa mata (pixabay.com)
4 Pengobatan yang Bisa Dilakukan Penderita Glaukoma

Glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomor dua di dunia .Apa saja yang dapat dilakukan untuk mengobati glaukoma?


Ketahui Penyebab dan Gejala Glaukoma

26 Mei 2023

Ilustrasi wanita bermata cokelat. Pixabay.com
Ketahui Penyebab dan Gejala Glaukoma

Glaukoma adalah penyakit yang merusak saraf optik mata. Berikut penyebab dan gejalanya.


Kemenkes Minta Jemaah Haji Waspada Penularan MERS-CoV

12 Mei 2023

Jemaah haji yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) pertama tiba di Terminal 2 Bandara Internasional Juanda Surabaya di Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu, 17 Juli 2022. ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Kemenkes Minta Jemaah Haji Waspada Penularan MERS-CoV

Kemenkes meminta jemaah haji menerapkan prokes ketat untuk mewaspadai penularan MERS-CoV.


Ragam Hal yang Sebaiknya Tak Dilakukan Orang dengan Risiko Glaukoma

15 Maret 2023

Visualisasi orang dengan glaukoma/JEC
Ragam Hal yang Sebaiknya Tak Dilakukan Orang dengan Risiko Glaukoma

Selain minum kopi, berikut beberapa hal yang tak boleh dilakukan orang dengan risiko glaukoma menurut dokter.


Cina Ogah Kerja Sama, WHO Tetap Usut Tuntas Asal-usul Virus Corona

16 Februari 2023

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus/Net
Cina Ogah Kerja Sama, WHO Tetap Usut Tuntas Asal-usul Virus Corona

WHO tetap mengusut tuntas asal-usul virus Corona meski pandemi Covid-19 mulai reda.


Kasus Covid-19 di Cina Mulai Turun

26 Januari 2023

Petugas medis menggunakan pakaian pelindung mengambil sampel swab dari warga setelah melonjaknya kasus COVID-19 di Beijing, Cina, 7 April 2022. Shanghai, yang telah melakukan beberapa putaran pengujian, melaporkan hampir 20.000 kasus baru yang ditularkan secara lokal di antaranya dikatakan tanpa gejala. REUTERS/Tingshu Wang
Kasus Covid-19 di Cina Mulai Turun

Otoritas di Cina mengklaim infeksi virus corona sudah lewati puncaknya. Namun ahli memperingatkan terhadap kemungkinan lonjakan kasus Covid-19.


China Laporkan 13.000 Tewas Akibat Covid dalam Sepekan Terakhir

23 Januari 2023

Wisatawan menunggu kereta mereka di stasiun kereta api Nanjing Selatan untuk melakukan perjalanan dalam merayakan Festival Musim Semi dalam Tahun Baru Imlek, di Nanjing, provinsi Jiangsu, Cina 20 Januari 2023. China Daily via REUTERS
China Laporkan 13.000 Tewas Akibat Covid dalam Sepekan Terakhir

Jumlah korban tewas akibat Covid-19 di China disebut tak mencerminkan angka sebenarnya.