TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah artikel berjudul SEMPROTLAH DAKU, KAU KUJITAK! viral di grup percakapan telepon genggam Whatsapp. Isinya memperingatkan kepada masyarakat agar tak mudah percaya atas produk disinfektan yang belakangan marak dijual-beli karena kekhawatiran atas pandemi penyakit virus corona 2019 (COVID-19).
Artikel menyoroti 'rush' baru di masyarakat yang dinilai berbahaya yakni semua orang yang disebutkan mau menyemprot disinfektan, bukan hanya ke benda-benda tapi juga ke tubuh. Penulis yang melampirkan namanya hanya sebagai Harnaz itu mencemaskan keamanan sembarang produk disinfektan yang kemudian digunakan masyarakat.
Menyatakan sumber dari Badan Lingkungan Singapura (NEA), Harnaz lalu membuat literasi yang disebutnya bisa dijadikan panduan dari aneka pertanyaan yang muncul tentang penggunaan disinfektan. Berikut ini sebagian isinya serta tanggapan dari ahli dari Loka Penelitian Teknologi Bersih, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
1. Bagaimana cara aman dan murah membuat cairan disinfektan?
Harnas menuliskan bahan paling aman adalah bleach atau pemutih (NaOCl). "Karena botolnya jelas produsennya siapa, dapat ijin kemenkes, dan ada kadarnya. Rata2 kadarnya 5%," katanya.
Pegawai berjalan keluar bilik disinfektan "Disinfection Chamber" di Balai Kota, Jakarta, Kamis, 26 Maret 2020. Bilik tersebut disediakan di pintu masuk Balai Kota untuk mencegah penyebaran Virus COVID-19. ANTARA
Dia melampirkan cara pembuatannya yakni dengan melarutkan satu bagian pemutih (misalnya 100 ml) dalam 49 bagian air (misalnya 4900 ml air atau 4,9 liter). "Dengan ini, Anda akan mendapatkan 1000 ppm atau 0,1% NaOCl yang cocok untuk desinfeksi semprot, tetapi TIDAK untuk disemprotkan pada mahluk hidup," tulisnya menunjuk fungsi utama untuk lantai, dinding, meja, ruangan.
Pembanding: sejumlah larutan pemutih juga masuk daftar yang disusun LIPI belum lama ini. Daftar berisi produk rumah tangga yang bahan aktifnya bisa digunakan sebagai disinfektan di masa pandemi COVID-19. "Rujukan kami juga NEA Sigapura," kata Chandra Risdian, peneliti dari Loka Penelitian Teknologi Bersih LIPI.