2. Apakah ada risiko kesehatan penggunaan pemutih/klorin?
Menurut Harnaz, bahan oksidator kuat punya risiko karsinogenik atau kanker jika bergabung dengan komponen organik. Makin kecil badannya. makin rentan terhadap paparan klorin (anak-anak lebih bahaya, burung bisa mati).
"Kuncinya di kadarnya. Sebanyak 30 ml (satu shot espresso) kadar 5% (langsung dari botolnya) bisa untuk mencuci darah berceceran!! Jika jumlah yang sama diencerkan ke kira2 1,5 liter air, bisa untuk desinfektan," katanya menerangkan.
Pembanding: Chandra menyebut efek karsinogenik bisa didapat saat mencampur-campur bahan aktif disinfejtan. Soal konsentrasi larutan yang aman terkena kulit, Chandra menyebut tergantung bahan. Sodium hipoklorit pada pemutih, misalnya, bisa sampai 0,05% batas minimal kadar efektifnya tapi alkohol (ethanol) batas minimal 62%. "Tapi sebaiknya minta penyedia tunjukkan bukti kalauitu aman buat kulit. Kalau tidak, jangan lakukan," katanya berpesan.
3. Apakah ada bahan disinfektan selain klorin?
Harnaz mengatakan, klorin digunakan dengan cara disemprot ke permukaan yang NON-METAL. Karena, logam bisa terkorosi oleh klorin. Untuk yang metal, bisa digunakan alkohol (etanol) 70%, atau isopropanol 70%. Ada pula pemutih lain Hidrogen Peroksida (H2O2), tapi ini jauh lebih keras. .
Cara kerja klorin, peroksida, sabun, dan karbol juga disebutnya sama saja: menyerang dinding sel dari lemak dengan reaksi saponifikasi (penyabunan). Jadi, bisa digunakan salah satu. "Kalau lantai dipel apa perlu didisinfeksi lagi? Ya gak usah, asal sudah pakai karbol," tulisnya.
Pembanding: "Untuk H2O2 dan sodium hipoklorit, dua-duanya korosif, tapi dalam konsentrasi yang sama, sodium hipoklorit lebih korosif terhadap logam," kata Chandra. Dalam daftar yang disusunnya juga memasukkan sejumlah produk pembersih di rumah tangga yang bisa digunakan sebagai disinfektan dalam berbagai konsentrasi.