TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Kota Lancaster, Inggris, memperingatkan masyarakat terkait test kit atau alat uji virus corona palsu yang dijual melalui online. Alat yang dijual tersebut tidak benar-benar menguji penyakit COVOD-19 yang sudah menjadi pandemi di seluruh dunia.
“Alat uji virus corona yang dijual online itu adalah palsu dan tidak akan benar-benar menguji penyakit Anda,” demikian bunyi pernyataan publik pihak berwenang, seperti dikutip laman Pennlive, Sabtu, 28 Maret 2020.
Polisi Lancaster mengatakan setidaknya dua contoh di seluruh dunia, di mana orang membuat test kit palsu dan menjualnya untuk mengambil keuntungan, bisa dijual online, bahkan melakukan penjualan langsung ke konsumen.
Salah satu produk palsu adalah berbentuk botol yang dicetak dengan tulisan “Corona Virus 2019nconv (COVID-19)” dan “Virus1 Test Kit."
"Jangan biarkan penipu memanfaatkan ketakutan atau ketidakpastian Anda," kata polisi. Sambil menambahkan, “jangan beri mereka uangmu."
Tes yang otentik dapat diperoleh melalui Departemen Kesehatan Pennsylvania atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. Pihak berwenang juga mengatakan setiap kegiatan penipuan terkait dengan virus corona harus dilaporkan ke Kantor Jaksa Agung Pennsylvania, demikian dilaporkan LancasterOnline.
Sementara Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam menerangkan bahwa rapid test yang dijual secara online tercatat jumlahnya puluhan.
Dia memperingatkan kepada seluruh masyarakat Indonesia harus berhati-hati dan harus dilihat bagaimana efektivitasnya. “Ternyata ada 60-an rapid test yang ada di pasar internasional,” kata dia melalui live streaming, Jumat, 27 Maret 2020 lalu.
Repotnya, dokter spesialis penyakit dalam itu menambahkan, jika menggunakan rapid test yang tidak valid, kemudian dinyatakan negatif padahal sebenarnya positif itu akan membuat penggunanya merasa yakin bahwa dia negatif. “Tanpa pencegahan ini yang berbahaya, tapi kalau dia positif harus dilihat juga gejalanya bagaimana,” tutur Ari.
Lulusan Ilmu Biomedik FKUI itu meminta masyarakat tetap melakukan konfirmasi kepada dokter. Jika tidak ada gejala tapi dinyatakan positif, Ari menyarankan berdiam saja di rumah, karena kapasitas rumah sakit yang terbatas.
“Saya tidak merekomendasikan rapid test yang sembarangan, tidak jelas, rapid test yang sekarang digunakan juga sebenarnya kita lakukan uji diagnosis lebih dulu apakah memiliki sensitivitas atau tidak,” ujar Guru besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo itu.
PENNLIVE | LANCASTER ONLINE