Seolah memprediksi apa yang terjadi saat ini, kala itu Jha mengatakan, "Ada negara-negara lain yang kelihatannya tidak peduli dan saya kira kini menderita karenanya."
Lalu bagaimana dengan Amerika Serikat? Saat itu juga Jha menjawab, "Respons di negara kami lebih buruk lagi dari kebanyakan negara yang terinfeksi," kata Jha.
Dia membandingkannya dengan Vietnam yang disebutnya telah lebih baik karena memeriksa lebih banyak orang daripada yang dilakukan di Amerika pada waktu yang sama. Jha menggunakan frase 'keras kepala', 'memalukan', dan 'luar biasa' untuk melukiskan penilaian buruknya atas apa yang terjadi di negaranya sendiri saat itu. "Saya tidak bisa memahaminya," kata dia terdengar putus asa.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS sebenarnya telah memulai menapis para pendatang dari luar negeri untuk mencegah infeksi virus corona masuk Amerika pada pertengahan Januari. Tapi saat itu alat uji yang digunakan CDC ternyata tidak memberi data yang benar.
Amerika Serikat butuh dua minggu untuk menyelesaikan masalah alat itu sebelum bisa memulai kembali pengujian massal pada pekan kedua Maret. Jha percaya delay berminggu-minggu untuk penggunaan alat yang baru itu--padahal ada banyak alat lain yang bisa digunakan yang bisa didapatkan dari negara lain--telah sepenuhnya membuat respons Amerika terhadap COVID-19 terbengkelai.
"Tanpa dilakukan pemeriksaan sampel-sampel, Anda tidak akan tahu seberapa jauh penularan yang telah terjadi. Anda tidak bisa mengisolasi orang-orang. Anda tidak bisa melakukan apa-apa," kata Jha lagi, 12 Maret 2020.
THE HILL | NPR