TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat telah menguji virus corona pada lebih dari 1,2 juta warganya, tetapi beberapa telah menerima hasil negatif meskipun terinfeksi.
Virus corona adalah penyakit yang terbentuk di paru-paru, tetapi virus itu kadang-kadang berada di rongga antara hidung dan tenggorokan di mana swab (usapan) tidak dapat menjangkaunya.
Meskipun deteksi RT-polimerase chain reaction (RT-PCR) adalah standar untuk pengujian corona, tes itu dapat menghasilkan negatif palsu jika sampel tidak dilakukan dengan benar, sebagaimana dilaporkan Daily Mail, Rabu, 8 April 2020.
Para ahli juga percaya bahwa karena rumah sakit dan tempat pengujian drive-thru dibanjiri oleh orang-orang, petugas kesehatan juga bergegas untuk melayani sebanyak mungkin orang dan tidak mengambil sampel dengan benar.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengumumkan persetujuan untuk tes RT-PCR pada bulan Februari untuk pasien yang memenuhi kriteria spesifik untuk pengujian virus corona.
Jeff Pothof, chief quality officer di UW Health, mengatakan kepada Slate.com bahwa tes ini sebenarnya sangat bagus. "Sangat bagus sehingga jika kita bisa menangkap satu untai RNA, kita bisa mendapatkan hasilnya."
Virus corona diketahui terbentuk di paru-paru dan menghasilkan cairan di ruang udara yang menyebabkan pernafasan yang parah - suatu gejala virus yang terkenal.
Pengujian virus dilakukan dengan menggunakan usap panjang yang masuk ke hidung untuk mengumpulkan sampel dari bagian paling atas tenggorokan.
Namun, virus corona mungkin tidak berada di tempat yang sama untuk semua orang, kadang-kadang terbentuk di nasofaring, yang merupakan rongga yang dalam antara hidung dan tenggorokan - yang tidak dapat dijangkau penyeka.
Nam Tran, profesor klinis rekanan di University of California, Davis, mengatakan kepada Slate.com, "Ada kesalahpahaman jika seseorang menderita COVID, virus ada di mana-mana. Itu tidak benar.”
Pothof dan Tran sama-sama percaya bahwa salah satu alasan untuk negatif palsu adalah karena petugas kesehatan tidak dapat mencapainya saat melakukan usap hidung.
Karena ada banyak laporan negatif palsu, dokter sekarang meminta CT scan dada untuk digunakan sebagai cara untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi.
Sinar-X ini menunjukkan bahwa paru-paru dipenuhi dengan cairan, yang memungkinkan spesialis untuk melihat virus, daripada mengandalkan sampel sekresi.
Banyak pemindaian pasien virus corona menunjukkan bercak putih di sudut bawah paru-paru. Kelainan seperti itu mirip dengan yang ditemukan pada pasien yang menderita SARS dan MERS.
Virus corona dimulai di Cina Desember 2019 dan sekarang telah menginfeksi hampir setiap negara di dunia. Namun, AS merasakan beban pandemi terbesar dan memiliki lebih banyak kasus dan kematian daripada negara lain. Hingga Rabu malam, lebih dari 422.000 kasus telah dilaporkan dan jumlah kematian telah melampaui 14.000.
DAILY MAIL | SLATE