TEMPO.CO, Jakarta - Tim Cek Fakta dari media daring Reuters menyatakan berita tentang penangkapan di Amerika terhadap seorang peneliti dari Harvard University untuk tuduhan membuat dan menjual virus corona ke Cina adalah palsu. Berita itu viral di media sosial, di antaranya Facebook.
Berita yang telah dibagikan lebih dari 79 ribu kali dalam berbagai bahasa itu menyertakan video laporan berita asli dari stasiun televisi ABC namun melengkapinya dengan deskripsi palsu. Berita yang diunggah Selasa, 7 April 2020, itu berbunyi:
"AS baru saja menemukan orang yang membuat dan menjual senjata biologis virus corona ke Cina, Charles Lieber, Kepala Departemen Kimia dan Biologi, Harvard University. Dia baru saja ditangkap hari ini, menurut sumber departemen Amerika. #StaySafe."
Penelusuran tim cek fakta mengungkap kalau penangkapan terhadap Charles Lieber oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat adalah benar. Tapi tuduhan untuknya adalah bersama dua peneliti Cina non-Harvard lainnya berbohong tentang hubungan mereka dengan pemerintah Cina.
Pada 28 Januari 2020, jaksa menuduh Lieber berbohong karena berpartisipasi dalam program Thousand Talents Plan China. Program yang dijalankan Wuhan University of Technology (WUT), Cina, itu bertujuan menarik spesialis peneliti yang bekerja di luar negeri.
Tuduhan kepada Lieber merupakan bagian dari agresivitas Amerika Serikat menghadang upaya yang dituduhkan kepada Cina bahwa negara itu bermaksud mencuri kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Amerika.
Dalam pernyataan persnya, Departemen Kehakiman Amerika Serikat melaporkan, Lieber telah menjadi ilmuwan strategis di Wuhan University of Technology sejak 2011. Lieber lalu dikontrak dalam program Thousand Talents Plan China sejak 2012 hingga 2017.
Sebagai imbalan atas berbagai pembayaran (gaji dan hibah) yang diterimanya, Lieber menyediakan layananannya kepada WUT untuk program tersebut. Lieber dituduh berbohong tentang keterlibatannya itu, bukan karena membuat virus corona dan menjualnya Cina seperti yang disebar luaskan di media sosial itu.
REUTERS | CROWTANGLE