TEMPO.CO, Jakarta - Hingga saat ini belum ada penelitian yang mengaitkan penyebaran virus corona COVID-19 dengan penggunaan penyejuk udara dalam ruangan (AC). Virus akan terbantu terjaga oleh penggunaan AC baru sebatas teori.
Pakar Epidemiologi Penyakit Infeksi Universitas Gadjah Mada (UGM), Hari Kusnanto Josef, menyatakan itu dalam laman UGM, Kamis 9 April 2020. "Secara teoretis kemungkinan bisa (membantu penyebaran COVID-9), tapi sampai sekarang belum ada penelitian terkait penularan COVID-19 dari penggunaan AC,” ujarnya.
Hari mengatakan, beberapa studi menyatakan virus corona cenderung stabil pada lingkungan dengan suhu udara dingin dan kering. Sementara suhu dan kelembapan yang tinggi dapat mengurangi penularan virus corona.
Namun, dia menegaskan, sampai dengan saat ini belum ada penelitian spesifik yang mengaitkan penggunaan AC dan penyebaran virus yang menyebabkan COVID-19. Yang sudah dilakukan, Hari menambahkan, kaitannya dengan virus corona penyebab SARS.
Hasilnya menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan AC dengan penularan SARS, meski tidak signifikan. "Ada penularan dari AC, namun jarang sekali kejadiannya. Saat itu di Hotel Metro Hongkong," ujar Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan itu.
Dalam kasus wabah COVID-19 yang sedang terjadi, Hari mengungkap hasil studi yang dilakukan terhadap sebuah keluarga di Wuhan, Cina. Keluarga itu diketahui positif COVID-19 dan makan bersama di sebuah restoran ber-AC.
Setelah dilakukan contact tracing terhadap orang-orang yang saat itu juga tengah berada di restoran dan diuji, ternyata tidak ditemukan adanya penularan virus corona. Saat itu, baik pengunjung maupun staf restoran dinyatakan negatif COVID-19.
Meskipun begitu, Hari menyampaikan bahwa ruangan tertutup dengan sirkulasi udara yang terbatas dapat meningkatkan risiko penyebaran virus dan patogen. Untuk meminimalkan hal tersebut, dia menyarankan masyarakat untuk membuka jendela-jendela agar sirkulasi dan ventilasi meningkat.
Sejumlah penumpang memakai masker saat berada di Stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Senin, 6 April 2020. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membuat kebijakan terkait para penumpang MRT, LRT, dan Transjakarta yang wajib memakai masker untuk mencegah penyebaran virus Corona atau COVID-19. TEMPO/M Taufan Rengganis
"Diusahakan jendela-jendela dibuka sehingga ada pergantian udara, tidak hanya muter terus udaranya," katanya sambil menambahkan, virus umumnya tidak memiliki kemampuan bertahan hidup lama di udara dibandingkan di permukaan benda. “Jadi, pakai AC di rumah itu tidak masalah. Tak usah khawatir selama tidak ada keluarga yang positif ataupun melakukan kontak dengan yang terinfeksi COVID-19," kata Hari.
Hari tak lupa mengingatkan yang terpenting untuk mengurangi penyebaran COVID-19 adalah dengan melakukan physical distancing dengan berdiam diri di rumah, rajin mencuci tangan dengan sabun, dan gunakan masker jika terpaksa keluar rumah.
Sebelum penjelasan Hari, sebuah artikel yang menyebut dirinya surat terbuka dari Madarina, profesor lainnya dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM, beredar di grup-grup percakapan di telepon genggam. Isinya usulan pribadi agar penerapan pembatasan aktivitas sosial dan fisik ditambahkan dengan larangan penggunaan AC di tempat umum dan imbauan untuk meminimalkan penggunaan AC di rumah.
"AC dapat menurunkan suhu ruangan dan mengurangi kelembaban. Dua hal yang sangat menguntungkan transmisi virus COVID 19, apalagi disertai dengan sirkulasi yang tertutup. Virus akan terkonsentrasi tinggi," kata Madarina dalam suratnya.