Menurut Gillespie, orang-orang yang lebih muda, yang mungkin kurang berisiko terinfeksi virus, adalah orang-orang yang lebih cenderung untuk beperpergian ke taman nasional Afrika dan Asia untuk melihat kera besar di alam liar. “Akan sangat sulit untuk memantau apakah mereka terinfeksi COVID-19, karena mereka mungkin tidak memiliki gejala yang jelas,” kata Gillesoie.
Wisata kera besar telah berkontribusi pada konservasi dalam banyak hal positif, memberikan insentif ekonomi bagi pemerintah dan individu untuk mendukung perlindungan mereka. Bantuan juga diperlukan untuk membantu menghadapi kerugian pariwisata dan untuk terus melindungi kesehatan manusia dan kera besar di alam liar di saat pandemi ini.
Tempat wisata telah membiasakan kera besar liar untuk tidak takut pada manusia. Tanpa staf untuk berpatroli dan melindungi mereka, hewan-hewan akan menjadi lebih rentan terhadap pemburu.
"Staf penting harus tetap di tempatnya," kata Gillespie, yang juga anggota IUCN. Dia menambahkan, “tetapi kita perlu memastikan bahwa jumlah staf rendah dan bahwa mereka terlibat dalam proses yang tepat untuk melindungi diri mereka sendiri, dan kera, dari paparan COVID-19."
Fabian Leendertz, dari Robert Koch-Institute, Jerman, yang juga penulis utama mengatakan, sebagai profesional yang fokus pada kera besar, dirinya memgaku memikul tanggung jawab untuk melindungi mereka.
“Kami berharap yang terbaik tetapi harus bersiap untuk yang terburuk dan secara kritis mempertimbangkan dampak kegiatan kami terhadap spesies yang terancam punah ini,” kata Leendertz
PHYS | NATURE