Namun, dokter yang akrab disapa Nasron itu menambahkan, pasien tetap memerlukan perawat. Setidaknya intensitas interaksinya menjadi berkurang. "Perlunya sentuhan hati dan interaksi langsung dibutuhkan juga sesekali untuk mendukung psikologi dari pasien COVID-19 sendiri,” ujar pria 63 tahun itu.
Sedangkan, Muhtadin, salah satu tim peneliti robot dari ITS menjelaskan, RAISA beroperasi bergantung pada koneksi Wireless Fidelity (Wifi), dan dengan spesifikasi baterai 0,85 kWh RAISA digadang-gadang mampu bertahan sekitar 8-10 jam. "Uji coba juga sudah dilakukan, sedang untuk menjaga kesterilannya juga bisa dilakukan dengan menggunakan disinfektan," kata dosen Teknik Komputer ITS itu.
Robot pelayan pasien COVID-19 ini sudah diserahterimakan kepada RSUA di Gedung Pusat Robotika ITS dan didemokan penggunaannya. Demo robot yang diperkirakan menghabiskan biaya Rp 100 juta per unit ini disaksikan langsung Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak.
"RAISA ini menarik, selain penampilan interface-nya yang cute, juga bisa menghubungkan pasien dengan perawat yang ada di luar melalui layar," kata Emil.
Dia berharap agar robot RAISA dipercepat produksinya, jika sudah dioperasikan dengan baik di RSUA, maka harus bisa segera dioperasikan secara massal. “Karena kami sudah menyiapkan dana dari APBD yang khusus untuk mengembangkan riset dan teknologi," ujar Emil menambahkan.
ITS.AC.ID