TEMPO.CO, Jakarta - Sekolompok ahli penyakit dari Harvard T.H. Chan School of Public Health menjelaskan, pembatasan aktivitas sosial (social distancing) mungkin masih diperlukan di Amerika Serikat hingga 2022 untuk mencegah wabah virus corona COVID-19. Kelompok ini melihat berbagai model komputer untuk mensimulasikan bagaimana virus dapat menyebar selama lima tahun ke depan.
Model mempertimbangkan apakah virus itu musiman, berapa lama kekebalan akan bertahan pada pasien yang pulih, dan intensitas dan waktu tindakan pengendalian. "Berdasarkan pada meningkatnya jumlah kasus di seluruh dunia, virus tidak mungkin segera dieliminasi," bunyi laporan yang diterbitkan dalam jurnal Science.
Menurut mereka, jarak sosial juga mungkin diperlukan dari waktu ke waktu untuk mengurangi beban rumah sakit jika virus tetap ada. "Di bawah kapasitas perawatan kritis saat ini, durasi keseluruhan epidemi SARS-CoV-2 dapat bertahan hingga 2022, yang membutuhkan langkah-langkah jarak sosial antara 25 persen dan 75 persen dari waktu itu," kata para peneliti.
Kelompok ilmuwan itu menemukan bahwa jarak sosial yang terlalu dekat sebenarnya bisa memperlambat pembentukan kekebalan di dalam kawanan.
Dalam satu skenario yang mengasumsikan 20 minggu langkah-langkah kontrol yang ketat dan jarak sosial yang luas, pencabutan langkah-langkah kontrol hampir sama buruknya dengan puncak epidemi yang tidak terkendali.
Menurut mereka, ada kasus infeksi bisa bangkit kembali ketika langkah-langkah kontrol dicabut di bawah masing-masing model. "Kami tidak mengambil posisi pada kelayakan skenario ini mengingat beban ekonomi yang mungkin ditimbulkan oleh pembatasan yang berkelanjutan."
"Namun, kami mencatat potensi beban bencana pada sistem perawatan kesehatan yang diprediksi jika pembatasan tersebut kurang efektif dan atau tidak dipertahankan cukup lama," tulis para peneliti.
SCIENCE | NEW YORK POST