TEMPO.CO, Jakarta - Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat mengungkapkan peretasan yang dialami perusahaan yang meneliti terapi perawatan pasien COVID-19. Bukan hanya satu, beberapa institusi yang melakukan penelitian disebut diintai hacker.
Wakil Asisten Direktur FBI Tonya Ugoretz mengatakannya dalam diskusi panel online yang diselenggarakan oleh Institut Aspen. Menurutnya, peretasan berasal dari luar Amerika Serikat dan kejahatan itu mendapat dukungan dari negara asal.
"Kami tentu saja telah melihat kegiatan pengintaian, dan beberapa intrusi, ke dalam beberapa lembaga tersebut, terutama yang secara publik mengidentifikasi diri bekerja pada penelitian terkait COVID-19," ujar Ugoretz seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis 16 April 2020.
Ugoretz mengatakan memahami lembaga yang mengumumkan bekerja pada upaya mencari terapi obat maupun vaksin di era pandemi COVID-19 saat ini. Namun, kata dia, sisi buruknya adalah hal itu membuat mereka menjadi incaran negara atau bangsa lain yang tertarik mengumpulkan detail.
"Dan bahkan mungkin mencuri informasi hak milik yang dimiliki lembaga-lembaga itu," katanya sambil menambahkan, "Peretas yang didukung negara sering menargetkan industri biofarmasi, hal itu pasti meningkat selama krisis ini."
Ugoretz tidak menyebutkan nama negara asal hacker. Dia juga tidak mengidentifikasi perusahaan yang menjadi target. Ketika dimintai konfirmasi oleh Reuters, FBI tidak memberikan balasan pesan email untuk berkomentar.