TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Biologi Molekuler dari Universitas Airlangga (Unair) Chairul Anwar Nidom mengatakan virus corona COVID-19 mungkin untuk menular melalui feses dan kentut. Menurutnya, kemungkinan tersebut pernah diteliti oleh tim peneliti Harbin Veterinary Research Institute (HVRI), Cina, pada anjing.
Nidom menjelaskan, penelitian dilakukan terhadap swab dari anus anjing, bukan pada hidung dan tenggorokan. Ini, kata Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin di Professor Nidom Foundation (PNF) itu, tidak mengherankan karena reseptor virus corona (ACE2) berada di beberapa organ.
“Riset itu menunjukkan bahwa keluarnya virus melalui saluran pernapasan dan atau saluran pencernaan ada hubungannya dengan host atau inang dari virus tersebut,” ujar Nidom saat dihubungi, Senin, 20 April 2020.
Menurutnya, ACE2 merupakan sebuah enzim yang aktivitasnya pada setiap lokasi atau organ berbeda, tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim itu. “Virus COVID-19 bisa masuk ke dalam tubuh melalui reseptornya. Jadi setiap inang itu tergantung pada aktivitas reseptor tersebut,” kata dia menerangkan.
Selain melakukan penelitian pada anjing, HVRI juga disebutkannya melakukan swab dari tenggorokan kucing dan ferret. Nidom yang juga dosen di program studi Sains Veteriner Unair itu menambahkan, aktivitas reseptor pada anjing dan kucing bisa berbeda, demikian juga antar organ.
Berdasarkan riset pada anjing dan kucing itu, Nidom menyimpulkan, virus COVID-19 bisa saja menyebar melalui kentut atau feses. Meskipun, dia berujar, bukti ilmiah dan klinis belum ada yang mendukung, tapi dia mengingatkan bahwa virus corona COVID-19 cukup unik dan tidak bisa diprediksi.
Terpisah, Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio juga mengatakan kalau virus corona bisa menempel pada reseptor yang ada di permukaan selaput lendir pencernaan. Menurut Professor of Clinical Microbiology Universitas Indonesia itu, beberapa kasusnya telah ditemukan di mana virus corona ada di feses atau kotoran manusia.
“Tapi ini tidak terlalu sering jika dibandingkan di saluran pernapasan,” ujar dia melalui sambungan telepon, Senin, 20 April 2020
Keduanya menanggapi berita temuan ilmuwan asal Australia, Andy Tagg, bahwa kentut dapat menjadi cara penularan virus corona. Penelitiannya menemukan virus itu pada feses di 55 persen dari pasien COVID-19. “Tes terbaru menunjukkan proses kentut dapat menyebarkan serbuk kotoran dalam jarak panjang,” ujar dia, seperti dikutip laman Daily Star, baru-baru ini.