TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah penelitian di Prancis menduga risiko perokok aktif terjangkit penyakit virus corona 2019 atau COVID-19 lebih rendah daripada populasi masyarakat umumnya. Untuk membuktikan dugaan itu, para penelitinya kini sedang menguji langsung nikotin pada pasien infeksi virus itu dan petugas medis yang merawat pasien.
Para peneliti yang bekerja di sejumlah rumah sakit besar di Paris itu mengklarifikasi kalau mereka tidak bermaksud mendorong kebiasaan merokok. Kebiasaan ini diakui bisa membawa risiko kesehatan yang parah bagi para perokok, termasuk jika dia sudah terinfeksi COVID-19.
Yang ingin teliti adalah apakah nikotin memiliki peran khusus membuat para perokok aktif itu terhindar dari penyakit yang sedang menebar pandemi tersebut. Tujuan akhirnya adalah mencari cara membantu melindungi pasien serta petugas medis.
Mereka melakukan studi terhadap 480 pasien positif COVID-19 di fasilitas medis Pitie-Salpetriere. Sebanyak 350 di antaranya dirawat di rumah sakit sementara sisanya, dengan gejala yang kurang serius, dipulangkan untuk dirawat di rumah.
Mereka yang dirawat di rumah sakit memiliki median usia 65 tahun dan hanya 4,4 persen adalah perokok. Pasien yang dipulangkan memiliki median usia 44 tahun, 5,3 persen di antaranya merokok.
Menghitung usia dan jenis kelamin, para peneliti menemukan bahwa jumlah perokok jauh lebih rendah daripada populasi umum di antara pasien yang diteliti. Hasil itu didapat berdasarkan studi cross-sectional yang menyebut mereka yang merokok setiap hari jauh lebih kecil kemungkinannya mengembangkan gejala ataupun infeksi parah SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
"Efeknya signifikan. Ini membagi risiko menjadi seperlima untuk pasien rawat jalan dan seperempat untuk mereka yang dirawat di rumah sakit," tulis para peneliti, seperti dikutip dari laman New York Post, Rabu 22 April 2020. "Kami jarang melihat ini dalam pengobatan," kata mereka menambahkan.
Ahli neurobiologi, Jean-Pierre Changeux, yang mengulas penelitian ini, menduga nikotin dalam tembakau dapat mencegah virus mencapai sel dan menghentikan penyebarannya. Namun, untuk mereka yang sudah terinfeksi--virus berhasil sampai di sel--gejala yang berkembang bisa lebih serius karena efek toksik dari asap tembakau pada paru-paru.
Sekarang, para ilmuwan akan mencoba untuk memverifikasi temuan mereka dalam studi klinis menggunakan patch nikotin (diserap lewat kulit), menunggu persetujuan dari otoritas kesehatan Prancis.
NEW YORK POST | THE GUARDIAN