TEMPO.CO, Jakarta - Vaksin berumur satu abad telah menarik perhatian para ilmuwan yang sedang memerangi virus corona COVID-19. Vaksin Bacillus Calmette-Guerin atau disingkat BCG yang biasa digunakan untuk melawan tuberkulosis kini sedang diuji di sejumlah negara di dunia untuk memastikan efektivitasnya melawan virus itu.
Profesor Mihai Netea dari Radboud University, Nijmegen, Belanda, mengatakan sedang melakukan dua percobaan dengan vaksin itu. Pertama yang melibatkan 1.500 dokter dan perawat sebagai respondennya, dan yang kedua kepada 1.600 orang berusia di atas 60 tahun.
Ketertarikan Netea kepada Vaksin BCG berdasarkan studi yang menunjukkan kemampuan Vaksin BCG mendorong imunitas alami dalam tubuh penerimanya sehingga membantu menyediakan proteksi terhadap penyakit selain tuberkulosis. Satu studi itu adalah yang pernah dilakukan Profesor Christine Stabell Benn dari University of Southern Denmark.
Stabell Ben menggunakan data studi di Guinea-Bissau, Afrika Barat. Menurutnya, kewajiban vaksinasi BCG telah jauh mengurangi tingkat kematian pada anak-anak di negara itu daripada yang bisa diterangkannya sebagai efek perlindungan yang diberikan vaksin dari tuberkulosis.
“Kematian di antara anak-anak yang telah menerima Vaksin BCG hampir setengah dibandingkan di antara anak-anak yang tidak pernah menerimanya,” kata dia sambil menambahkan hipotesisnya, “Sejak tuberkulosis bukan kasus yang sering terjadi pada anak-anak, Vaksin BCG jadi beralih melindungi anak-anak dari infeksi pernapasan dan septicema.”
Netea juga menunjuk sejumlah studi yang sudah dilakukan di antara orang dewasa yang menunjukkan rendahnya kasus infeksi saluran pernapasan di antara mereka yang pernah menerima Vaksin BCG. Atau studi lain yang menunjukkan rendahnya jumlah partikel virus penyebab penyakit perapasan pada mereka penerima vaksin itu.
“Itu sebabnya kami menduga kalau ini juga akan efektif untuk melawan virus corona COVID-19 saat ini,” katanya.